RESUME KERUGIAN AKIBAT GULMA

RESUME
KERUGIAN AKIBAT GULMA


Gulma merupakan tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan, karena tumbuh di sekitar tanaman pokok atau tanaman yang dibudidayakan sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman pokok.
Berikut ini adalah kerugian akibat beberapa gulma yang ada di areal perkebunan atau lahan budidaya.
1.    Perkebunan Jagung
Terdapat banyak jenis gulma yang tumbuh di areal pertanaman jagung. Beberapa gulma yang terdapat pada areal pertanaman jagung yaitu, Amaranthus spinosus, Tridax procumbens, Ageratum conoyzoides, Mimosa pudica, Euphorbia hirta, Cleome viscose, Murdannia nudiflora, Cyperus kylingia, Cyperus iria,Phyllanthus urinaria, dan masih banyak jenis gulma lainnya yang ada di pertanaman jagung.  Menurut Violic (2000) dalam  jurnal Suryaningsih (2011), kepekaan jagung terhadapa kompetisi gulma menurunkan hasil produksi jagung dari 16% hingga 56%. Sembodo (2010) dalam jurnal Suryaningsih (2011) menyatakan, bahwa tanaman jagung mengalami periode kritis akibat persaingannya dengan gulma pada hari ke 20, hari ke 45, hari ke 80, sampai hari ke 150. Gulma yang bersaing dengan tanaman pokok mengeluarkan zat allelopati yang menyebabkan bagian-bagian dari tanaman pokok megalami gangguan terutama pada morfologinya. Pada daun timbul bercak coklat dan putih, tanaman jagung menjadi kerdil, dan panjang akarnya tidak normal.



2.    Perkebunan Teh
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bhawa jenis gulma yang tumbuh diperkebunan teh antara lain adalah Chromolaena odorata, dan Lantana camara yang berpitansi mengganggu tanaman disekitarnya yaitu tanaman pokok karena mengandung senyawa allelopati. Keberadaan gulma pada perkebunan teh tersebut bersaing dengan tanaman teh dalam memperoleh nutrisi, cahaya, dan ruang tumbuh. Tidak hanya itu keberadaan gulma yang tak terkendali dapat menyulitkan proses perawatan atau pemeliharaan tanaman teh. Pelaksanaan pemupukan,  pemangkasan serta pemetikan hasil. Pertumbuhan yang terhambat serta sulitnya pemeliharaan mengakibatkan bertambahnya masa TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) hingga lebih dari dua tahun. Sehingga dapat menurunkan hasil produksi hingga 46,36%. Selain itu kualitas teh dapat menurun karena tercampur dengan gulma-gulma yang tumbuh sampai bidang petik atau sama tinggi dengan tanaman teh tersebut (Anonimous, Hajra, Hudson et al, Sanusi dalan jurnal Darana, 2009).

3.    Perkebunan Kopi
Dalam jurnal Yussa(2015) Moenandir (1993) mengatakan bahwa terdapat beberapa gulma per tahun disekitar tanaman pokok kopi dari lahan kopi di Desa Ampelgading, Malang. Gulma tersebut antara lain adalah Setaria plicata, Paspalum conjugatum, Ageratum conyzoides, Cynodon dactylon, Imperata cylindrica, Eleusine indica, Cyperus rotundus, Cyperus kilinga, Bidens biternata, Erechtites valerianifolia dan Panicum repens. Keberadaan gulma tersebut menurunkan produksi biji kopi hingga 35% dari 12,584/kwintal/ha.

4.    Pada Lahan Sawah (Padi)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Antralina (2010), terdapat 9 spesies gulma pada lahan padi. Sebanyak 7 spesies merupakan gulma dominan yang terdiri dari 3 spesies golongan daun lebar, 2 spesies golongan rumput, dan 2 spesies golongan teki. Adapun gulma dominan tersebut adalah Monochoria vaginalis, Sphenoclea zeylanica, Cyperus iria, Echinocloa colona, Ischaemum rugosum, dan Fimbristylis miliacea.
Banyak sekali kerugian yang diakibatkan karena keberadaan gulma pada lahan padi. Adanya gulma membuat kualitas dan kuantitas hasil padi rendah. Gulma merupakan salah satu faktor pembatas produksi padi. Hal tersebut dikarenakan kemampuan gulma dalam menyerap hara dan air lebih cepat dibandingkan tanaman poko. Kerapatan gulma yang tinggi pun menyebabkan meningkatkan biaya total produksi karena biaya pengendalian gulma yang dapat mencapai 50% total biaya produksi. Menurut Rijn (2000) dalam jurnal Antralina, gulma mengurangi hasil produksi karena adanya persaingan cahaya, oksigen, CO2 dan makanan. Dengan demikian gulma mengakibatkan aktivitas pertumbuhan tanaman pokok. Sehingga tanaman pokok menjadi kerdil, klorosis, kahat hara, dan mengurangi jumlah daun serta ukuran organ tanaman. kahat hara pada padi, dapat menyebabkan mengakibatkan kegagalan total pada tanaman bibit.

5.    Pada Perkebuna Tebu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alfredo (2012), gulma daun lebar yang terdapat di perkebuanan tebu yaitu Croton hirtus, Ipomoea triloba, Mimosa invisa, dan Ricardia brasilemsis. Sedangkan golongan rumput hanya Brachiaria mutica. Dalam jurnal Alfredo, Kuntohartono (1991) mengemukakan bahwa keberadaan gulma pada perkebunan tebu menyebabkan turunnya bobot tebu berkisar 6-9% dan penurunan rendemen sebesar 0,09%.










DAFTAR PUSTAKA



Alfredo, Nico. 2012. EFIKASI HERBISIDA PRATUMBUH METIL METSULFURON TUNGGAL DAN KOMBINASINYA DENGAN 2,4-D, AMAETRIN, ATAU DIURON TERHADAP GULMA PADA PERKEBUNAN TEBU. Jurnal Agrotropika 17(1):29-34, Januari-Juni 2012. Universitas Lampung. Lampung.

Antralina, Merry. 2010. KARAKTERISTIK GULMA DAN KOMPONEN HASIL TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) SISTEM SRI
PADA WAKTU KEBERADAAN GULMA YANG BERBEDA. Fakultas Pertanian Universitas Bale Bandung. Bandung.
Darana, Sobar. 2009. Pengendalian Gulma Di Pertanaman Teh Menggunakan Bioherbisida Berbahan Aktif Lantadine. Pusat Peneliti Teh dan Kina Gambung. Bandung

Suryaningsih, dkk. 2011. INVENTARISASI GULMA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DI LAHAN SAWAH KELURAHAN PADANG GALAK, DENPASAR TIMUR, KODYA DENPASAR, PROVINSI BALI. Jurnal Simbiosis I(1):1-8 issn : 2337-7224. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana. Bali.

Yussa, Indah P. 2015. Analisis Vegetasi Gulma pada Kebun Kopi Arabika (Coffea arabica L.) di Balingka, Agam, Sumatera Barat. Vol 1 Maret 2015: 83-89 (ISSN : 2303-2162)  Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas. Padang.





Comments