BENIH
ISI
A. Mutu
Benih
Benih merupakan awal
dari suatu kehidupan tanaman. Dalam suatu sistem budidaya benih memegang
peranan yang sangat penting. Benih bermutu merupakan faktor utama suksesnya
produksi dibidang pertanian. Sarana produksi lain seperti pupuk, pestisida, zat
pengatur tumbuh, dan cara budidaya yang baik tidak akan meberikan hasil yang
baik apabila benih yang digunakan tidak bermutu karena pada akhirnya benih
tersebut tidak dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan budidayanya
(Surtiningsih dalam Wartapa et al. 2009). Sedangkan benih yang
bermutu akan menghasilkan produksi yang tinggi dan produk yang berkualitas
(Wiguna, 2013).
Benih merupakan salah
satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya tanaman yang peranannya tidak
dapat digantikan oleh faktor lain, karena benih sebagai bahan tanaman dan
pembawa potensi genetik, mutu suatu benih dapat dilihat dari beberapa aspek
seperti kebenaran varietas, kemurnian benih, daya hidup, serta bebas hama dan
penyakit (Yulyatin dalam Mugnisjah,
1994).
Mutu benih mecakup tiga macam mutu yaitu mutu fisiologi,
mutu fisik, dan mutu genetik. Mutu benih merupakan faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Benih yang bermutu tinggi akan
menghasilkan pertumbuhan bibit yang kuat dan perkembangan akar yang cepat
sehingga menghasilkan tanaman yang baik dalam berbagai kondisi lingkungan
tumbuh. Mutu benih yang tinggi ditentukan oleh tingginya daya berkecambah benih
dan vigor benih. Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal,
seperti genetis, morfologis, sitologis, mekanis, mikrobia dan fisiologis. Pada kondisi
fisiologis, yang dapat menyebabkan rendahnya vigor benih adalah immaturity atau
kekurang masakan benih saat panen dan kemunduran benih selama penyimpanan
(Sari, 2016).
B. Prinsip
dan Tujuan Pengujian Fisik Benih
Pada prinsipnya pengujian kemurnian benih di
laboratorium ialah melakukan analisis kemurnian fisik (berdasarkan identitas
yang telah ditetapkan) dengan jalan memisah contoh benih ke dalam 3 komponen
yaitu (1) komponen benih murni, (2) benih tanaman lain, dan (3) kotoran benih.
Namun untuk benih padi dipisahkan ke dalam 4 komponen yaitu (1) benih murni,
(2) benih varietas lain, (3) benih tanaman lain dan biji gulma, dan (4) kotoran
benih.
Benih murni meliputi varietas dari setiap
spesies yang diakui sebagaimana yang diakui oleh pengirim atau yang ditemui
dalam pengujian di laboratoriun. Yang dikelompokkan kedalam benih murni adalah:
(1) benih matang dan tidak rusak, (2) benih yang ukurannya kurang /pecah tapi
lebih dari setengah ukuran asalnya, (3) berkerut, kurang matang, dan sudah berkecambah (bagi benih
tertentu) tapi dalam keadaan dapat ditentukan dengan pasti sebagai spesies yang
diakui. Pada biji dari Leguminose, Cruciverae, Conmiverae, apabila kulit
bijinya lepas seluruhnya maka biji tersebut dianggap sebagai kotoran benih.
Benih tanaman lain atau benih varietas lain meliputi
tanaman pertanian yang tidak termasuk jenis/kultivar yang namanya ditentukan
pada label. Yang termasuk ke dalam biji gulma adalah biji, bublet, dan tuber
dari tumbuh-tumbuhan yang dinyatakan sebagai gulma menurut undang-undang,
peraturan resmi atau pendapat umum. Ke dalam benda mati (kotoran benih)
termasuk antara lain : tanah, pasir, sekam, biji hampa, batu, batang, daun,
bunga, potongan kulit kayu dan bentuk-bentuk lain yang menyerupai benih tanaman
dan gulma.
Perbedaan varietas pada benih yang diuji dapat dilihat
dari ukuran, bentuk, warna, panjang/pendeknya rambut, bulu pada ujung lemma,
warna pada ujung gabah. Pada jagung dapat dilihat pada tipe kernel (mutiara,
gigi kuda, dsb.), warna biji, ukuran biji, panjang, lebar, ketebalan dan bentuk
biji. Pada kedelai dapat dilihat dari bentuk biji, ukuran biji, warna hilum,
dan warna biji.
Tujuan dari pengujian kemurnian benih adalah
untuk mengetahui komposisi dari contoh benih yang diuji yang akan mencerminkan
komposisi dari kelompok benih darimana contoh itu diambil dengan cara-cara yang
sudah ditetapkan (KEMENDIKBUD, 2017).
C. Pengujian
Mutu Fisik Benih
Mutu benih mencakup
tiga macam mutu yaitu mutu fisiologi, mutu fisik, dan mutu genetik. Pengujian
terhadap mutu fisik benih dapat memberikan informasi mengenai mutu fisik benih.
Mutu fisik adalah mutu benih yang dapat dilihat pada penampilan fisik, misalnya
kebebasannya dari campuran kotoran benih seperti pecahan daun, ranting, benih,
dan pasir atau tanah (Pramono, Eko., Paul B. Timotiwu, Agustiansyah, Yayuk Nurmiaty,
Ermawati, 2016). Pengujian yang meliputi uji mutu fisik benih yaitu uji kemurnian,
uji kadar air, dan uji bobot 1000 butir benih adalah sebagai berikut
1. Uji Kemurnian
Kemurnian mencerminkan
seberapa bersih kondisi lot benih. Kemurnian lot benih menunjukkan proporsi
benih murni suatu jenis dan banyaknya kotoran dan benih lain yang terkandung di
dalamnya. (Suita dalam ISTA, 2010).
Sampel benih yang digunakan setara dengan 2500 butir benih atau berat ± 75gram,
yang dipisahkan antara benih murni, benih lain dan kotoran, kemudian ditimbang
dan dihitung persentase masing-masing komponen (Suita dalam ISTA, 2010).
2. Uji Kadar Air
Kadar air adalah jumlah air yang terkadung di dalam
benih. Kadar air adalah selisih antara bobot benih sebelum dikeringkan (Bo) dan
bobot benih setelah dikeringkan semua airnya (B1). (Pramono et al, 2016). Metode yang dilakukan oleh
(Sari, 2016) bahwa pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran kadar air panen
dan pengukuran kadar air setelah pengeringan. Pengukuran kadar air panen
dilakukan pada saat benih setelah dipanen tanpa dilakukan penjemuran dibawah
sinar matahari secara langsung. Pengukuran ini dilakukan menggunakan alat GMK
dengan cara mengambil beberapa sampel pada setiap tanggal panen dalam suatu
varietas.
Pengukuran kadar air Setelah Pengeringan menunjukkan bahwa kadar air menurun seiring
dengan semakin masaknya biji sorgum. Pengukuran kadar air dilakukan setelah
benih sorgum di panen kemudian dijemur dibawah sinar matahari hingga
mendapatkan KA 10% dengan dilakukan pengukuran sebanyak 3 ulangan. Fungsi dari penjemuran
benih adalah untuk menjaga kadar air agar tetap stabil sehingga vigor benih
tetap baik selama proses penyimpanan benih. Pengukuran kadar air benih di lakukan
dengan menggunakan alat GMK (Sari, 2016).
3. Uji Bobot 1000 Butir
Penimbangan bobot 1000 butir benih dilakukan dengan
menggunakan alat timbangan electric. Sebelum dilakukan penimbangan, hal
yang perlu dilakukan lebih awal yaitu perhitungan bobot 1000 butir dengan
menggunakan alat penghitung benih “Seed counter” tipe seedburo. Setelah
didapatkan 1000 butir benih, kemudian dilakukan penimbangan bobot 1000 butir
benih dan diberi label berdasarkan tanggal panen, varietas dan bobot 1000 butir
(Sari, 2016).
Selain itu berat
1000 butir benih dapat digunakan untuk memprediksi jumlah benih per kilogram.
Penentuan berat benih dilakukan dari beberapa kelompok benih sebanyak 8
ulangan, dimana masing-masing ulangan terdiri dari 100 butir. Penimbangan
dilakukan pada tiap ulangan (dalam gram). Penghitungan keragaman, simpangan
baku dan koefisien keragaman berdasarkan rumusan (ISTA. 2010). Berat 1000 butir
benih dapat diubah ke dalam jumlah benih per kg
dengan rumus 

(Suita dalam DPTH.
2002).
D. Pembersihan
Benih
Pembersihan benih merupakan suatu upaya menghilangkan
berbagai benda yang tercampur dalam suatu kelompok benih yang tidak diinginkan
keberadaannya dalam kelompok tersebut. Pembersihan benih dari campuran
benda-benda selain benih merupakan satu peubah mutu tersendiri, yaitu kemurnian
fisik. Dengan murni secara fisik berarti benih tersebut bermutu secara fisik (Pramono
et al, 2016).
Salah satu contoh pembersihan benih yaitu dengan
menggunakan seed blower. Seed blower adalah suatu alat yang dapat
digunakan untuk menilai tingkat kemurnian benih dari benda-benda yang tercampur
dalam benih. Dengan alat ini campuran ringan dan kecil dapat dipisahkan dari
benih. Cara kerjanya adalah menghembuskan udara dari bawah ke atas melalui
kelompok benih. Benda yang lebih ringan dari benih, seperti sobekan daun, debu,
sobekan kulit benih, akan terbawa tiupan udara ke atas. Pada tabung bagian atas
terdapat penampung kotoran itu. Pada ujung tabung saluran udara ditutup dengan
jendela yang bisa dilebar-sempitkan besarnya (Pramono et al, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
ISTA. 2010. International rules
for seed testing: Edition 2010. The International Seed Testing Association.
Bassersdorf. Switzerland.
KEMENDIKBUD. 2017. Sumber Belajar Penunjang Plpg 2017 Mata Pelajaran/Paket Keahlian Agribisnis
Perbenihan Dan Kultur Jaringan Tanaman. Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan. Jakarta.
Mugnisjah, W. 1994. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan
Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada Jakarta.
Pramono, Eko., Paul B. Timotiwu, Agustiansyah, Yayuk Nurmiaty,
Ermawati. 2016. Penuntun Praktikum
Teknologi Benih (AGT612203). Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman.
Bandar Lampung.
Sari, Irma Yunita. 2016. Pengaruh Tingkat Kemasakan Pada Produksi, Mutu Fisik Dan Mutu
Fisiologis Benih Sorgum (Sorghum Bicolor [L.]
Moench.) Varietas Numbu Dan Samurai-2. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Wartapa, A., Effendi, Y., Dan Sukadi. 2009. Pengaturan Jumlah Cabang
Utama Dan Penjarangan Buah Terhadap Hasil Dan Mutu Benih Tomat Varietas
Kaliurang (Lycopersicum Esculentunt Mill ). Jumal Ilmu-ilmu Pertanian. Vol.
5. No. 2. Hal: 150-162.
Wiguna, Gugun.
2013. Perbaikan Viabilitas Dan Kualitas Fisik Benih
Tomat Melalui Pengaturan Lama Fermentasi Dan Penggunaan Naocl Pada Saat
Pencucian Benih. Mediagro. VOL.2. NO.2. 2013.
68-76.
Comments
Post a Comment