PENGENDALIAN HAYATI PENYAKIT TANAMAN 2. PERBANYAKAN AGENSIA PENGENDALI HAYATI



PENGENDALIAN HAYATI PENYAKIT TANAMAN
2. PERBANYAKAN AGENSIA PENGENDALI HAYATI
(Laporan Praktikum Pengendalian Penyakit Tanaman)



I.     PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang

Penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur patogen sampai saat ini masih merupakan masalah utama di bidang pertanian. Produksi pertanian secara kualitas maupun kuantitas mengalami penurunan yang sangat tinggi, sehingga perlu dilakukan penanggulangan dan pengendalian yang tepat. Dalam pengendalian  hama dan penyakit tanaman selain memperhatikan efektivitas dan segi ekonomisnya juga harus mempertimbangkan masalah kelestarian lingkungan.

Saat ini  diketahui bahwa Trichoderma spp.dapat dipakai untuk mengendalikan berbagai penyakit bawaan pada tanah, sehingga diharapkan dengan penggunaan agens hayati ini, diharapkan pertanian yang sustainable atau berkelanjutan yang berorientasi kepada kelestarian lingkungan dan meningkatkan hasil produksi pertanian dengan cara menekan input sekecil mungkin. Trichoderma spp ini bermanfaat sebagai fungisida, membantu tanaman dalam mendapatkan unsur hara yang dibutuhkan tanaman , membantu dalam memperbaiki struktur tanah, sehingga begitu besar agens hayati ini dalam tanah yang tentunya berguna bagi tanaman.

Pengendalian hayati adalah pemanfaatan musuh alami untuk mengendalikan serangga hama atau penggunaan agens antagonis untuk mengendalikan patogen tanaman. Pada dasarnya, setiap serangga hama mempunyai musuh alami yang dapat berperan dalam pengaturan populasinya. Musuh alami serangga hama adalah komponen utama dari pengendalian alamiah, yang merupakan bagian dari


ekosistem dan sangat penting peranannya dalam mengatur keseimbangan ekosistem tersebut.


1.2    Tujuan Praktikum

Tujuan dilakukanya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui cara perbanyakan agensia hayati menggunakan media alami.


II.  METODOLOGI PRAKTIKUM


2.1    Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 19 April 2017 di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung, pada pukul 13.00 sampai dengan 15:00 WIB.


2.2    Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu bor gabus, plastik tebal ukuran 0,5 kg, staples, bunsen, jarum ent, dandang, kompor, tisu, laminar air flow, autoklafe.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah biakan murni jamur Trichoderma spp, beras, alkohol.


2.3    Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut
1.    Dicuci beras kemudian di kukus hingga setengah matang di dandang, setelah itu di dinginkan.
2.    Setelah dingin, dimasukkan ke dalam plastik tebal ukuran 0,5 kg kira-kira 100 gr/plastik dan dibungkus.
3.    Disterilkan bungkusan pada suhu 121oC (tekanan 1 atm) selama 20 menit.


4.    Dimasukkan ke dalam kulkas hingga dingin.
5.    Setelah  dingin, dimasukkan 1 bor gabus biakan Trichoderma spp. dan distaples silang agar masih terdapat udara dalam plastik.
6.    Diinkubasikan dalam suhu ruang selama 10 hari.
7.    Diamati tumbuh atau tidaknya jamur dan ada tidaknya kontaminan setiap 3 hari sekali.


III.             HASIL PENGAMATAN DAN PEMABAHASAN


3.1    Tabel Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan yang diperoleh adalah sebagai berikut.
Hari Ke-
Foto
Warna Media
Ada/tidak Kontaminan
Jenis


2








 

 

 
 




        U1                U2                 U3

U1= putih
U2= putih
U3= putih

U1= -
U2= -
U3= -



-



6








 

 

 
 




        U1                U2                U3

U1= Hijau
U2=Hijau
U3= Hijau

U1= -
U2= -
U3= -



-



7








 

 

 
 




       U1                U2                 U3

U1= Hijau
U2=Hijau
U3= Hijau

U1= -
U2= -
U3= -



-



3.2 Pembahasan

Trichoderma spp merupakan sejenis cendawan / fungi yang termasuk kelas ascomycetes. Trichoderma spp memiliki aktivitas antifungal. Di alam, Trichoderma spp banyak ditemukan di tanah hutan maupun tanah pertanian atau pada substrat berkayu (Wigenasanta, 2004).

Jenis-jenis media perbanyakan jamur Trichoderma spp. antara lain PDA (Potato Dextrose Agar), jagung, beras dan Bekatul (dedak).

A.  Media PDA (Potato Dextrose Agar)
Bahan baku utama media ini adalah ekstrak kentang dengan penambahan sumber karbon berupa dextrose. Media ini memiliki kelebihan yakni sesuai dengan prinsip keseimbangan ekosistem, tidak merusak lingkungan dan dibuat dengan sangat mudah. Media ini juga memiliki kelemahan yaitu gula dextrose yang seharusnya digunakan untuk membuat media ini harganya sangatlah mahal, untuk penggunaan rutin pemakaian PDA cukup memakan biaya. Oleh karena itu gula dextrose diganti dengan gula pasir (Sukrosa). Kemudian untuk agarnya juga menggunakan agar teknis yang harganya relatif murah (Sastrahidayat,1992).

B. Media Jagung
Jagung mudah ditumbuhi dengan jamur, hal ini dikarenakan isinya amilum dan kulitnya tipis, maka kelebihan media jagung adalah jamur mudah untuk melakukan penetrasi ke dalamnya. Kelemahannya adalah dalam keadaan basah, biji akan mudah melunak karena dari kulit jagung dapat mengeluarkan amilase yang digunakan untuk merombak amilum dalam jagung (Yudiarti, 2007).

C.  Beras
Kelebihan dari media perbanyakan jamur Trichoderma spp. dengan menggunakan beras ini adalah sesuai dengan prinsip keseimbangan ekosistem, memanfaatkan musuh alami dari penyakit pengganggu tanaman pertanian dan tidak menyebabkan terjadinya residu. Kelemahannya yakni kita harus menggunakan beras yang tidak sedikit untuk perbanyakan jamur (Abadi, 2003).

D.  Bekatul (dedak)
Bekatul adalah limbah hasil  dari proses penggilingan padi atau hasil  sampingan dari pengolahan padi/gabah yang berasal dari lapisan luar beras.  Kelebihan dari media bekatul ini yakni merupakan sumber serat pangan yang juga mengandung protein, lemak, mineral dan vitamin. Kelemahannya adalah dalam pembuatan media perbanyakan ini tidak mudah seperti media PDA, jagung dan beras
(Abadi, 2003).

Dalam praktikum memakai patogen antagonis yaitu Trichoderma spp. karena jamur antagonis ini mampu menghasilkan antibiotik yang dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan jamur patogen disekitarnya. Selain itu Trichoderma spp juga mudah dikembangbiakkan di media buatan. Trichoderma spp adalah cendawan saprofit tanah yang secara alami dapat dimanfaatkan sebagai agen hayati. Trichoderma spp. memiliki kelebihan-kelebihan seperti mudah diisolasi, daya adaptasi luas, mudah ditemukan di tanah areal pertanaman, dapat tumbuh dengan cepat, dan tidak bersifat patogen bagi tanaman.Pada umumnya Trichoderma spp hidup di tanah yang lembab, asam dan peka terhadap cahaya secara langsung. Kemampuan jamur ini dalam menekan patogen lebih berhasil pada tanah masam daripada tanah alkalis. Kelembaban yang dibutuhkan 80-90% (Semangun, 2000).

Beras dimasak seperempat matang tujuannya adalah agar kandungan karbohidrat yang digunakan untuk memperoleh energi masih cukup banyak dan tekstur tidak lemebek sehingga mudah basi jika digunakan sebagai media pertumbuhan. media jamur harus mengandung subtansi organik sebagai sumber C, sumber N, ion anorganik dalam jumlah yang cukup sebagai pemasok pertumbuhan dan sumber vitamin.  Trichoderma spp juga memerlukan karbohidrat sebagai sumber karbon dalam pertumbuhannya.  Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa penggunaan karbohidrat tinggi mendorong pertumbuhan vegetatif jamur (Bilgrami dan Verma, 1994).


IV.   KESIMPULAN


Kesimpulan dari dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.    Cara perbanyakan agensia hayati menggunakan media jagung, beras dan bekatul (dedak) dengan mengembangbiakan Trichoderma spp di media tersebut.


DAFTAR PUSTAKA



Abadi, A. L. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan III. Bayumedia. Malang.

Bilgrami, K.S. and Verma, R.N. (1994) : Physiology of Fungi, 2nd ed., Vikas Publishing House PVT Ltd., Delhi, pp. 507.

Sastrahidayat, I.R., 1992. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional. Surabaya.

Semangun, Haryono. 1989. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia.Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Sinaga, Meity Suradji. 2006. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Yudiarti, T. 2007. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Graha Ilmu. Jakarta.

Wigenasanta. 2004. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius. Palembang.







































LAMPIRAN

Comments

Post a Comment