PENGENALAN
GEJALA DAN TANDA PENYAKIT (Tanaman Pangan)
(Laporan Praktikum
bioekologi penyakit tumbuhan)
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gejala
dan penyebab penyakit pada tanaman adalah salah satu komponen penting yang
harus diketahui petani, karena penyakit pada tumbuhan berpengaruh penting
terhadap pertumbuhan tanaman serta hasil akhir dari tumbuhan tersebut, saat ini
pada tanaman khususnya tanaman pangan sudah mulai terserang penyakit-penyakit
yang membahayakan baik pertumbuhan, perkembangan maupun hasil akhir tanaman itu
sendiri.
Contohnya
salah satu penyakit pada tanaman pangan padi adalah Gejala penyakit blast dapat
muncul pada daun, batang, malai, bulir padi. Bercak pada daun (leaf blas) berbentuk belah ketupat,
awalnya hijau keabu-abuan kemudian putih dan akhirnya abu-abu dengan bagian
tepi berwarna coklat atau coklat kemerahan. Bentuk dan warna bercak bervariasi
tergantung keadaan lingkungan, umur bercak, ketahanan padi.
Kemudian
contoh lagi pada tanaman kedelai, penyakit karat (Phakopsora pachyrhizi) Gejala seranganya terjadi pada daun pertama
berupa bercak-bercak berisi uredia (badan buah yang memproduksi spora). Bercak
ini berkembang ke daun-daun di atasnya dengan bertambahnya umur tanaman. Bercak
terutama terdapat pada permukaan bawah daun. Warna bercak coklat kemerahan
seperti warna karat. Bentuk bercak umumnya bersudut banyak berukuran sampai 1
mm. Bercak juga terlihat pada bagian batang dan tangkai daun. Karna hal hal
tersebut maka perlu di pelajari permalahan yang menyebabkan, maupun cara
menanggulangi penyakit pada tanaman pangan tersebut, karna sangan mempengaruhi
kwalitas tanaman pangan Indonesia.
1.2. Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut
1.
Mengetahui jenis
penyakit penting tanaman pangan.
2.
Mengetahui dan
mengenali perbedaan antara gejala dan tanda penyakit.
II.
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1. Alat dan Bahan
Adapun
alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, mikroskop
majemuk, kaca prepatat, jarum pentul, dan pipet tetes. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah air dan bagian tanaman yang menunjukkan gejala, baik preparat
ataupun foto.
2.2. Prosedur Kerja
Adapun
prosedur kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut
Pengamatan
mikroskopis
1. Diamati dan digambar gejala penyakit tanaman yang ada
2. Dikelompokkan jenis gejala (nekrosia, hipoplasia, dan
hpierplasia)
3. Ditulis nama dan patogen penyebabnya
Pengamatan
Mikroskopis
1. Diamati tanda penyakit di bawah mikroskop
2. Diteteskan air di bagian atas tanaman yang bergejala alu
dikorek dengan digunakan jarum, kemudian air/suspensi tersebut diambil dengan digunakan pipet tetes.
3. Suspensi tesebut diletakkan di atas kaca preparat lalu
ditutup dengan cover glass lalu
diamati di bawah mikroskop
4. Diamati bentuk spora atau hifa
5. Gambar/foto
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun
hasil dari oercobaan ini adalah sebagai berikut
NO
|
Gambar
penyakit
|
Gambar
sample
|
Keterangan
|
1
|
Tungro
![]() |
||
2
|
Hawar
daun padi
![]() |
||
3
|
Blas
pada padi
![]() |
||
4
|
Bulai
jagung
![]() |
||
5
|
Hawar
daun jagung
![]() |
||
6
|
Karat
daun kedelai
![]() |
3.1 Data Pengamatan
1. Patah Leher pada Padi (Pyrularia oryzae)
Penyakit
blas disebabkan oleh cendawan Pyricularia grisea (Cooke) Sacc. (sinonim
dengan Pyricularia oryzae) (Rossman et al., 1990).
Secara
morfologi, cendawan Pyricularia oryzae mempunyai konidia berbentuk
bulat, lonjong, tembus cahaya, dan bersekat dua (3 ruangan) (Ou, 1985). Satu
daur penyakit dimulai ketika spora cendawan menginfeksi dan rnenghasilkan suatu
bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika cendawan bersporulasi dan
rnenyebarkan spora baru rnelalui udara. Apabila kondisi lingkungan menguntungkan,
satu daur dapat terjadi dalam waktu sekitar 1 minggu. Selanjutnya dari
satu bercak dapat rnenghasilkan ratusan sampai ribuan spora dalam satu malam
dan dapat terus rnenghasilkan spora selama lebih dari 20 hari. Pada kondisi
kelembapan dan suhu yang mendukung, cendawan blas dapat mengalami banyak daur
penyakit dan menghasilkan kelimpahan spora yang dahsyat pada akhir musim. Tingkat inokulum yang tinggi ini sangat berbahaya bagi
tanaman padi yang rentan (Scardaci et al., 1997).
Cendawan
P. oryzae dapat membentuk bercak pada daun padi, buku batang, leher
malai, cabang malai, bulir padi, dan kolar daun (Chen, 1993; Scardaci et
al., 1997). Bercak pada
pelepah daun jarang ditemukan. Bentuk khas dan bercak blas daun adalah belah
ketupat dengan dua ujungnya kurang lebih runcing. Bercak
yang telah berkembang. bagian tepi berwarna coklat dan bagian tengah berwarna
putih keabu-abuan. Bercak bermula kecil berwarna hijau gelap, abu-abu sedikit
kebiru-biruan. Bercak ini terus membesar pada varietas yang rentan, khususnya
bila dalam keadaan lembab. Bercak yang telah berkembang penuh mencapai panjang
1—1,5 cm dan lebar 0,3—0,5 cm dengan tepi berwarna coklat. Bercak pada
daun yang rentan tidak membentuk tepi yang jelas. Bercak tersehut dikelilingi
oleh warna kuning pucat (halo area), terutama pada lingkungan yang
kondusif, seperti keadaan lembab dan ternaungi. Selain itu, perkembangan bercak
juga dipengaruhi oleh kerentanan varietas dan umur bercak itu sendiri.
Bercak tidak akan berkembang dan tetap seperti titik kecil pada varietas yang
tahan. Hal ini karena proses perkembangan konidia dan cendawan P. oryzae dalam
jaringan inangnya terhambat. Bercak akan berkembang sampai beberapa millimeter
berbentuk bulat atau elips dengan tepi berwarna coklat pada varietas
dengan reaksi moderat (Nisikado, 1926; Ou, 1985; dan Sueda, 1928). Pada
lingkungan yang kondusif, blas daun dapat menyebabkan kematian keseluruhan
tanaman varietas rentan yang masih muda sampai stadia anakan (Scardaci et
al., 1997).
2.
Penyakit bercak daun
(Cercospora oryzae)
Penyakit bercak daun cercospora atau
yang sering disebut bercak coklat sempit (narrow brown leaf spot) disebabkan
oleh jamur Cercospora oryzae
Miyake.Penyakit bercak daun cercospora merupakan salah satu penyakit yang
sangat merugikan terutama pada sawah tadah hujan yang kahat kalium. Penyakit
ini mengakibatkan daun menjadi kering sebelum waktunya yang berdampak pada
turunya hasil panen dan keringnya pelepah daun yang menyebabkan kerebahan
tanaman.
Gejala awal penyakit ini yaitu timbul bercak-bercah sempit pada daun
berbentuk memanjang berwarna coklat kemerahan, sejajar dengan ibu tulang
daun,dengan ukuran panjang kurang lebih 5 mm dan lebar 1-1,5 mm.Banyaknya
bercak makin meningkat pada waktu tanaman membentuk anakan.Pada serangan yang
berat bercak-bercak terdapat pada upih daun, batang, dan bunga. Pada saat
tanaman mulai masak gejala yang berat mulai terlihat pada daun bendera dan
gejala paling berat menyebabkan daun mengering.Infeksi yang terjadi pada
pelepah dan batang meyebabkan batang dan pelepah daun busuk sehingga tanaman
menjadi rebah.
Jamur yang menyebabkan penyakit bercak daun mengadakan penetrasi ke
jaringan melalui stomata.Miselia berkembang di dalam jaringan parenkhima dan di
dalam sel-sel epidermis. Jamur ini mampu bertahan dalam jerami atau daun sakit.
Perkembangan penyakit bercak daun cercospora sangat dipengaruhi oleh faktor
ketahanan varietas,cuaca dan pemupukan.Varietas tahan sangat efektif menekan
perkembangan penyakit bercak daun cercospora. Pada varietas yang tahan, bercak
yang timbul lebih sempit,lebih pendek,dan lebih tua warnanya (Agrios, 1997).
3. Bercak Coklat (Cercosporidium
henningsii Allesh.) Deighton
Gejala serangan : Bercak tampak jelas pada kedua sisi
daun. pada sisi atas bercak tampak coklat merata dengan tepi gelap yang
jelas. Pada sisi bawah daun tepi bercak kurang jelas dan di tengah bercak
coklat terdapat warna keabu-abuan karena adanya konidiofor dan konidium jamur. Bercak berbentuk bulat
dengan garis tengah 3 - 12 mm. Jika berkembang bentuk bercak dapat kurang
teratur dan agak miring - sudut karena dibatasi oleh tepi daun atau tulang -
tulang daun. Jika penyakit berkembang dengan terus menerus daun yang sakit
menguning dan mengering dan dapat gugur. Pada cuaca hujan dan panas jenis
rentan dapat menjadi gundul.
Penyebab penyakit bercak
coklat ini disebabkan oleh cercosporidium henningsii. hifa
jamur ini berkembang dalam ruang sela-sela sel, membentuk stroma dengan garis
tengah 20 - 45μm. Stroma membentuk konidiofor dalam berkas - berkas yang
rapat. Konidiofor coklat kehijauan pucat, warna dan lebar merata, tidak
bercabang, dengan 0 - 2 bengkokan, bulat pada ujungnya dan memiliki bekas spora
yang kecil atau sedang. Konidium dibentuk pada kedua sisi daun pada ujung
konidiofor, berbentuk tabung, lurus atau agak bengkok, kedua ujungnya membulat
tumpul, pangkalnya berbentuk tumpul. Jamur membentuk peritesium hitam,
bergaris tengah 100μm, kadang - kadang tampak tersebar pada bercak di permukaan
atas daun. Askus seperti gada memanjang, berisi 8 spora. (Semangun, 1996).
4. Hawar Daun Talas (Phytoptora
colocasiae)
P. colocasiae menghasilkan sopra yanng siap lepas pada air dan dapat menyebar oleh
percikan hujan tapi tidak oleh angin. Sejak P.
colocasiae bertahan dalam akar dan memproduksi
oospore dan klamidospora sehingga menyebabkan adanya ketersediaan inokulum.
Biasanya
infeksi dimulai dari cuping dan samping daun dimana air sering tertampung. Luka
infeksi secara berangsur-angsur akan meluas dan menjadi coklat gelap dengan
garis tepi kuning.Keberadaan P. colocasiae dapat ditandakan dengan
terlihatnya bulu halus berwarna putih di sekitar luka. Ciri diagnosis lainnya
adalah adanya cairan kuning kemerahan yang menetes dari pusat luka. Eksudat
tersebut akan menjadi coklat kehitaman dan keras setelah kering. Pada penyakit
tingkat lanjut, luka akan berbentuk tidak teratur dengan berbagai ukuran atau
meluas keseluruh daun.
Penyakit
menyebar melalui pemencaran sporangia oleh percikan. Penyakit akan meningkat
pada temperatur antara 25 dan 280 C dan kelembaban relatif pada atau
dibawah 65% selama siang hari serta pada temperatur 20 sampai 22oC
dan kelembaban relatif 100% selama malam hari. Penyebaran penyakit oleh
percikan air pada sporangia dan zoospore diatas permukaan daun.( Erwin, 1996)
5. Hawar Daun jagung (Helmithosporium
turcicum)
Gejala
awal terinfeksinya hawar daun, menunjukkan gejala berupa bercak kecil,
berbentuk oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan
berkembang menjadi nekrotik (disebut hawar), warnanya hijau keabu-abuan atau
coklat. Panjang hawar 2,5-15 cm, bercak muncul di mulai dari daun terbawah
kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi berat akibat serangan penyakit
hawar daun dapat mengakibatkan tanaman jagung cepat mati atau mengering.
Cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot jagung, cendawan dapat
bertahan hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun atau sisa-sisa tanaman di
lahan. Penyebab penyakit hawar daun disebabkan oleh Helminthosporium turcicum (Muhidin,
1993).
6. Penyakit Bulai jagung (Peronosclerospora maydis)
Penyakit
bulai merupakan penyakit utama budidaya jagung. Penyakit ini menyerang tanaman
jagung khususnya varietas rentan hama penyakit serta saat umur tanaman jagung
masih muda (antara 1-2 minggu setelah tanam). Kehilangan hasil produksi akibat
penularan penyakit bulai dapat mencapai 100%, terutama varietas rentan.
Gejala
khas penyakit bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar tulang daun
dengan batas terlihat jelas antara daun sehat. Bagian daun permukaan atas
maupun bawah terdapat warna putih seperti tepung, sangat jelas di pagi hari.
Selanjutnya pertumbuhan tanaman jagung akan terhambat, termasuk pembentukan
tongkol buah, bahkan tongkol tidak terbentuk, daun-daun menggulung serta
terpuntir, bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan.
Penyakit
bulai tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik dimana gejalanya meluas ke
seluruh bagian tanaman jagung serta menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala
sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua
daun akan terinfeksi. Tanaman terinfeksi penyakit bulai saat umur tanaman masih
muda umumnya tidak menghasilkan buah, tetapi bila terinfeksi saat tanaman sudah
tua masih dapat terbentuk buah, sekalipun buahnya kecil-kecil karena umumnya pertumbuhan tanaman mengerdil.
Penyebab
dari penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora philippinensis yang
luas (Sastrahidayat,
I.R, 1990).
7. Jamur Akar Putih (Ganoderma boninense)
G. boninense merupakan
jamur patogen yang dapat menyebabkan penyakit busuk pangkal batang dan
merupakan penyakit penting pada tanaman kelapa sawit di Indonesia (Semangun,
2006). Secara sistematika G. boninense tergolong ke dalam kingdom: Fungi
atau Mycota, fylum: Basidiomycota, kelas: Basidiomycetes, ordo: Polyporales,
famili: Polyporaceae, divisi: Eymycophyta, genus: Ganoderma dan spesies:
boninense (Yanti dan Susanto, 2004).
Secara mikroskopis basidiospora G. boninense adalah uniselular, haploid, berbentuk
ellipsoid, bujur atau truncate. Jing (2007) melaporkan bahwa massa spora
G. boninense berwarna pirang kekuningan. Panjang basidiospora adalah
7,1-13,8 μm dan lebar 4,8-8,3 μm.
Infeksi jamur Ganoderma di lapangan berawal
dari adanya persentuhan akartanaman yang sehat dengan jaringan akar tanaman
yang telah terserang di dalam tanah atau batang kelapa sawit yang telah
terinfeksi jamur Ganoderma yang dibiarkan membusuk di kebun (sebagai
sumber inokulum Ganoderma) di mana jamur Ganoderma masih hidup
sebagai saprofit.Di bagian akar, miselium jamur Ganoderma berada dalam
sel empulur, korteks, endodermis perisikel dan parenkima. Jamur ini akan
menginfeksi dan bergerak dalam akar menuju ke pangkal batang tanaman kelapa
sawit (Idris & Ariffin, 2003).
8.
Karat Daun Jagung (Puccinia sorghi)
Patogen penyebab penyakit ini yaitu
jamur Puccinia sorghi. Jamur ini membentuk urediosorus panjang atau
bulat panjang pada daun. Epidermis pecah sebagian dan massa spora dibebaskan
yang menyebabkan urediosorus berwarna coklat atau coklat tua. Urediosorus yang
masak berubah menjadi hitam bila teliospora terbentuk.
Puccinia sorghi diketahui membentuk piknidium dan
aesium pada lebih kurang 30
jenis Oxalis, termasuk O.corniculata.piknium pada kedua sisi
daun, mengelompok sampailebih kurang 6 pada suatu tenpat yang garis tengahnya
sampai 0,5 mm di pusat bercak. Aesiium hanya pada sisi bawah daun, mengelilingi
piknium, pada zone yang lebarnya sampai 2 mm, berebentuk mangkuk, garis
tengahnya 0,15-0,2 mm. aesiospora bulat atau jorong, bergaris tengah 12-24
mikrometer, berdinding hialin, berjerawat, tebal 1-2 mikrometer (Mahfud,dkk., 1998).
9.
Layu Fusarium (Fusarium
oxysporum)
Layu
fusarium disebabkan oleh Fusarium
oxysporum. Penyakit ini biasanya
bertahan lama pada tanaman dengan kondisi tanah kering dan akan mudah menyeba
melalui bahan bibit tanaman, pengairan, serasah, tanah bekas, terinfeksi serta
angin. Gejala fusarium adalah pada
pangkal daun akan tampak bintik-bintik atau garis-garis kuning. Tepi daun
berwarna kuning tua, cokelat dan akhirnya mengering. Selanjutnya pelepah daun patah dan batang
palsu terkadang terbelah. Jika batang
palsu dan bonggol dibelah, akan tampak adanya garis-garis cokelat atau hiitam
(Suyanti dan Ahmad,2008).
10.
Gosong Bengka
pada Jagung
Salah satu penyebab penyakit pada tanaman jagung
adalah cendawan hitam. Cendawan hitam (Ustilaginales)
biasanya membentuk massa spora berwama hitam dalam basidia yang berbentuk
seperti gada. Masing-masing basidia mempunyai 2 atau 4 spora yang bertangkai
pendek. Cendawan hitam (smut fungi) ¡ni dapat menyerang tanaman jagungsehingga
kualitasnya akan turun dan hasilnya berkurang pula. Penyakit cendawan hitam
pada jagungpenyebabnya yaitu Ustilago
maydis (DC.) CDA, (sinonim: Ustilago
zeae). Klasifikasi dari patogen penyebab penyakit gosong ini adalah Kingdom
- Fungi ; Filum – Basidiomycota; Kelas - Ustilaginomycetes; Ordo -
Ustilaginales; Famili -Ustilaginaceae; Genus - Ustilago; Spesies - Ustilago
maydis (DC) Cda.
Teliosporanya berbentuk bulat atau elips, berwarna
coklat sampai hitam, diameter 8 - 11 mikron. Spora diploid ini tumbuh membentuk
promiselium dengan empat atau lebih sporidia. Dalam kelenjar jamur membentuk
teliospora, yang berbentuk bulat atau jorong. Teliospora berkecambah dengan
membentuk basidium atau promiselium, kemudian membentuk basidiospora atau
sporidium
Penyakit ini menyerang tanaman jagung, terutama pada tongkolnya. Gejala serangan cendawan ini terjadinya pembengkakan/ terbentuknya kelenjar (gall) pada tongkol. Pembengkakan atau gall yang dibungkus dengan jaringan berwarna putih kehijauan sampai putih perak mengilap merupakan pertanda bahwa cendawan telah masuk ke dalam biji. Cendawan ini bemula dengan warna keputihan sebab masih tertutup membran.K emudian, warna cendawan berubah menjadi lebih tua, yaitu ungu muda dan akhimya menjadi hitam. Ukuran bengkaknya ada yang kecil dan ada yang besar tergantung ukuran tongkol dan tebalnya cendawan. Biji-biji yang terinfeksi yang membengkak akan membentuk kelenjar-kelenjar. Dengan makin membesarnya kelenjar-kelenjar,kelobot terdesak ke samping dan rusak sehingga sebagian dari kelenjar itu tampak dari luar.Jika pembengkakan ini telah masak, membran yang menutup menjadi kering sehingga menyebabkan kelenjar pecah. Kemudian spora berbentuk tepung kering yang berwarna hitam keluarmenyebar ke mana-mana.
Penyakit ini menyerang tanaman jagung, terutama pada tongkolnya. Gejala serangan cendawan ini terjadinya pembengkakan/ terbentuknya kelenjar (gall) pada tongkol. Pembengkakan atau gall yang dibungkus dengan jaringan berwarna putih kehijauan sampai putih perak mengilap merupakan pertanda bahwa cendawan telah masuk ke dalam biji. Cendawan ini bemula dengan warna keputihan sebab masih tertutup membran.K emudian, warna cendawan berubah menjadi lebih tua, yaitu ungu muda dan akhimya menjadi hitam. Ukuran bengkaknya ada yang kecil dan ada yang besar tergantung ukuran tongkol dan tebalnya cendawan. Biji-biji yang terinfeksi yang membengkak akan membentuk kelenjar-kelenjar. Dengan makin membesarnya kelenjar-kelenjar,kelobot terdesak ke samping dan rusak sehingga sebagian dari kelenjar itu tampak dari luar.Jika pembengkakan ini telah masak, membran yang menutup menjadi kering sehingga menyebabkan kelenjar pecah. Kemudian spora berbentuk tepung kering yang berwarna hitam keluarmenyebar ke mana-mana.
Tak hanya pada tongkol, cendawan ini dapat menyerang
daun, kuncup-kuncup buku pada batang, rangkaian bunga jantan, serta
bagian-bagian lainnya. Pembengkakan pada tongkol yang sudah mencapai
pertumbuhan maksimal dapat mencapai diameter 15 cm. Gall pada daun tetap kecil
dengan diameter 0,6-1,2 cm. Apabila bunga jantan terinfeksi maka semua tongkol
pada tanaman tersebut terinfeksi penyakit gosong ().
IV.
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.
Penyakit pada tanaman
pangan kebanyakan disebabkan oleh virus
2.
Tungro adalah salah
satu penyakit yang di sebabkan oleh serangga
3.
Tanaman yang
terserang penyakit akan terhambat pertumbuhan dan perkembanganya serta hasil
akhir yang tidak berkwalitas atau tidak maksimal.
4.
Faktor yang
mempengaruhi penyakit pada tanaman pangan adalah kelebihan unsur nitrogen pada
tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro.D.Prof.Dr.,
2005. Penyakit pada tanaman pangan. Djambatan.
Jakarta.
Hastowo. Susyo. 1992. Bioekologi
penyakit tumbuhan . Rajawali . Jakarta.
Lay, Bibiana W. 1994. Macam
macam penyakit tumbuhan. PT Raja
Grafindo
Persada. Jakarta.
Sumanti, Debby M., dkk. 2008. Diktat Penuntun Praktikum
bioekologi penyakit
tanaman . Universitas Padjajaran. Jatinangor.
Comments
Post a Comment