PENGAMATAN MIKROSKOPIS DAN
INOKULASI PATOGEN (POSTULAT KOCH II)
(Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tumbuhan)
Oleh
Muhammad Asifa Ussudur
1514121169
Kelompok 4
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit
tanaman adalah suatu keadaan dimana tumbuhan atau tanaman mengalami gangguan
fungsi fisiologis secara terus-menerus sehingga menimbulkan gejala dan
tanda. Gangguan fisiologis ini
disebabkan oleh faktor biotik ( bakteri, cendawan, virus dan nematoda ) maupun
faktor abiotik (suhu, kelembaban dan unsur hara mineral) (Agrios, 2005).
Untuk
melakukan pengamatan terhadap patogen baik berupa bakteri maupun jamur di
laboratorium, terlebih dahulu harus menumbuhkan atau membiakkan bakteri atau
jamur tersebut. Mikroorganisme dapat
berkembangbiak dengan alami atau dengan bantuan manusia. Dengan berbagai teknik isolasi kita akan coba
mengetahui tekinik mana yang paling tepat dan paling baik untukpertumbuhan
bakteri atau mikroorganisme.
Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya melalui
substrat yang disebut media.
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat
yang disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan
mikroorganisme tersebut harus sesuai susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis
mikroorganisme yang bersangkutan.
Salah
satu cara untuk mengetahui apa yang menyebabkan penyakit dilakukan suatu
kegiatan berdasarkan Postulat Koch. Pada praktikum kali ini menggunakan empat
prinsip Postulat Koch. Koch memberikan rumusan berupa sejumlah kondisi yang
harus dipenuhi sebelum salah satu faktor biotik (organisme) dianggap sebagai
penyebab penyakit. Oleh karena itu
dilakukan praktikum isolasi patogen tanaman dari jaringan tanaman sakit.
Postulat Koch ini dapat membuktikan
bahwa hasil isolasi tanaman sakit jika diinokulasikan pada tanaman sehat akan
menghasilkan gejala penyakit yang sama dengan tanaman yang telah terkena
penyakit. Praktikum kali ini akan menginokulasi hasil dari isolasi bagian tumbuhan cabai diambil
bagiannya dari yang sakit dibiakkan lagi ke bagian yang masih sehat.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengenal
dan mengetahui morfologi patogen secara mikroskopis.
2.
Mengetahui
dan mempelajari cara-cara penularan penyakit (inokulasi buatan)
II.
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan
Adapun
alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu mikroskop
majemuk, kaca preparat, jarum pentul, hand
sprayer, rotamixer, gelas ukur, erlenmeyer, nampan, sedotan, selotip, tisu,
plastik wrap, dan spatula.
Sedangkan
bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah biakan jamur (hasil praktikum sebelumnya), air steril,
gula, dan air.
1.3 Cara Kerja
Pada
praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan sebagai berikut :
a.
Pengamatan mikroskopis
1.
Biakan jamur disiapkan dari hasil
praktikum sebelumnya.
2.
Jamur diambil dengan menggunakan jarum
pentul, diletakkan di atas kaca preparat yang sudah ditetesi air kemudian ditutup
dengan menggunakan kaca preparat.
3.
Bentuk jamut diamati dibawah mikrospkop.
b.
Cara inokulasi dengan teknik semprot
1.
Siapkan biakan dalam cawan petri.
2.
Keruk biakan dengan menggunakan spatula,
hati-hati jangan sampai media terlalu terkeruk.
3.
Tuang 10 ml air aquades ke dalam carawan
petri tersebut, lalu tuangkan ke dalam erlenmeyer. Homogenkan dengan menggunan
rotamixer.
4.
Lakukan pengenceran tehadap suspensi
tersebut dengan cara menambahkannya dengan air
5.
Masukkan suspensi yeng telah diencerkan ke
dalam hand sprayer, semprotkan ke
tanaman uji.
c.
Inokulasi penempelan
1.
Biakan patogen disiapkan dalam cawan
petri.
2.
Cuplikan tersebut dibor dengan menggunakan
bor gabus.
3.
Buah uji (cabai) disiapkan, disusun
sedotan di dalam nampan yang telah dimasukkan tisu basah lalu letakkan buah
cabai diatas sedotan.
4.
Cuplikan jamur diambil yang telah dibor
dengan menggunakan jarum ose, lalu taruh diatas buah cabai, kemudian ditutup
sengan selotip agar cuplikan biakan tidak terjatuh.
5.
Nampan ditutup dengan menggunakan plastik
wrap.
6.
Gejala diamati.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data
Pengamatan
Adapun data pengamatan yang dilakukan adalah sebagau
berikut.
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
|
Hari kamis (disemprot+dilukai) tidak menunjukkan
adanya gejala dan tanda penyakit yang timbul.
|
2.
|
|
Hari kamis (disemprot+tidak dilukai) tidak
menunjukkan adanya gejala dan tanda penyakit yang timbul. Terlihat keriput
saja
|
3.
|
|
Hari senin (disemprot+tidak dilukai) tidak
menunjukkan adanya gejala dan tanda penyakit yang timbul. Hanya terlihat
sedikit keriput saja
|
4.
|
|
Hari senin (disemprot+tidak dilukai) tidak
menunjukkan adanya gejala dan tanda penyakit yang timbul. Hanya terlihat
sedikit keriput saja
|
5.
|
|
Colletotricium gloesporiodes yang
terlihat di pengamatan mikroskopis. Bentuk sporanya seperti bulir padi yaitu
lonjong.
|
3.2 Pembahasan
Dari
data yang terdapat pada tabel bahwa praktikum tidak terdapat adanya gejala
tanda penyakit yang tapak pada cabai yang diberikan perlakuan inokulasi dengan
semprot dilukai dan disemprot tidak dilukai. Gejala dan tanda penyakit yang
timbul dari pengamatan disemprot dilukai dan disemprot tidak diilukai terlihat
berbeda dengan perlakuan yang ditempel dilukai dan titempel tidak dilukai.
Perbedaannya yaitu terlihat jelas bahwa cabai yang diinokulasi dengan metode
tersebut menunjukkan adanya gejala dan tanda penyakit yang timbul akibat dari
serangan patogen tersebut. Hal ini dikarenakan dengan inokulasi ditempel
dilukai dan ditempel tidak dilukai spora patogen dapat menempel secara langsung
dengan konsentrasi yang lebih banyak daripada yang disemprotkan dan
penetrasinya lebih cepat. Dalam perlakuan inokulasi dismprot dilukai dan
disemprot tidak dilukai konsentrasi yang diberikan tercampur dengan air
sehingga banyaknya spora yang diberikan kepekatannya kurang sehingga patogen
yang menyerang kurang agresif dalam penyerangannya. Waktu untuk penyerangan kurang
lebih 2 hari sudah menunjukkan adanya gejala penyakit.
Pengamatan
mikroskopis dengan mengambil hasil inokulasi dari percobaan metode Postulat
Koch I tentang isolasi. Hasil dari isolasi diambil spora dari patogen yang
menunjukkan adanya tanda penyakit dan diamati dibawah mikroskop. Bentuk dari
spora yang diamati di bawah mikroskop yaitu lonjong sperti bulir padi. Hal ini
menunjukkan bahwa patogen yang menyerang yaitu jamur Colletorichum gleosporioides (Semangun, H. 2004).
Morfologi Colletorichum gleosporioides (Penz.) Ssaac. Mempunyai miselium yang
jumlahnya agak banyak, hifa bersepta tipis, mula – mula terang kemudian gelap.
Konidiofor pendek, tidak bercabang, tidak bersepta dengan ukuran 7-8 x 3-4 µm. Colletorichum gleosporioides (Penz.)
Ssaac. Khususnya pada daun mudayang agak dewasa menghasilkan konidium jamur
yang berwarna merah jambu. Massa konidia yang berwarna merah jambu ini akhirnya
menjadi cokelat gelap. Colletorichum
gleosporioides (Penz.) Ssaac. Umumnya memiliki konnidia hialin, bersel
satu, berukuran 9-24 x 3-6 µm, tidak bersekat, jorong memanjang, terbentuk pada
ujung konidiofor yang sederhana. Pada saat berkecambah konidium yang bersel
satu tadi membentuk sekat. Pembuluh kecambah membentuk apresorium sebelum
mengadakan infeksi. Diantara konidiofor biasanya terdapat rambut – rambut
(seta) yang kaku dan berwarna coklat tua. Jamur Colleotricum menghasilkan
konidia dalam jumlah banyak. Konidia terbentuk pada permukaan bercak pada daun
terinfeksi, dan konidia tersebut mudah lepas bila ditiup angin atau bila
terkena percikan air hujan. Konidia sangat ringan dan dapat menyebar serta
terbawa angin sampai ratusan kilometer sehingga penyakit mampu tersebar luas
dalam waktu yang singkat. Konidia mungkin juga deisebarkan oleh serangga (Parry,
D. 1990).
IV.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari
praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.
Morfologi Colletorichum gleosporioides (Penz.)
Ssaac. Mempunyai miselium yang jumlahnya agak banyak, hifa bersepta tipis, mula
– mula terang kemudian gelap. Konidiofor pendek, tidak bercabang, tidak
bersepta dengan ukuran 7-8 x 3-4 µm.
2.
Penularan penyakit
yang dilakukan damal praktikumyaitu penularan penyakit melalui bahan propagatif
(meterial yang dipakai dalam perkembang biakan).
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, G.N. 2005.
Plant Patology. 5th ed.
Elservier Academic Press, Burlington, MA, USA. 922 pp
Parry, D. 1990. Plant Pathology in Agriculture.
Cambrigde University Press, Cambrigde. 385 pp.
Semangun,
H. 2004. Penyakit-penyakit Tanaman
Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogykarta. 754 hlm
LAMPIRAN
Comments
Post a Comment