KOLEKTIF DASAR-DASAR ILMU TANAH









PENGAMATAN REAKSI (pH) TANAH, TEKSTUR TANAH, BAHAN ORGANIK TANAH, FOSFOR TERSEDIA, NITROGEN

TOTAL, DAN KALIUM DAPAT DITUKAR

(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah)


ABSTRAK





Oleh

Kelompok 5

Telah dilaksanakan praktikum Pengamatan Reaksi (pH) Tanah, Tekstur Tanah, Bahan Organik Tanah, Fosfor Tersedia, Nitrogen Total, dan Kalium Dapat Ditukar. Tujuan praktikum ini yaitu untuk mengetahui Reaksi (pH) Tanah, Tekstur Tanah, Bahan Organik Tanah, Fosfor Tersedia, Nitrogen Total, dan Kalium Dapat Ditukar. Metode yang digunakan tiap praktikum secara berurutan yaitu metode penetapann secara kalorimetri yang berdasarkan warna dan pH tanah, metode penetapan tekstur menurut perasaan di lapang dan metode penetapan tekstur di laboratorium, metode Walkey dan Black, metode Bray, metode Kjeldahl, dan metode penetapan K dapat ditukar (K-dd). Berdasarkan hasil yang didapat pada praktikum maka hasil dari tanah A dan B yaitu pH  tanah 5,74 ; 6,90 dan 5,80 ; 6,82, tekstur tanah lempung liat berpasir dan lempung berliat, bahan organik tanah 2,67% dan 3,35%, fosfor tersedia 0,04 ppm dan 0,03 ppm, nitrogen total 0,098% dan 0,098%, dan kalium dapat ditukar 0,0024 meq/100 g dan 0,0029 meq/100 g.

Kata kunci : Reaksi (pH) Tanah, Tekstur Tanah, Bahan Organik Tanah, Fosfor Tersedia, Nitrogen Total, dan Kalium Dapat Ditukar.






LEMBAR PENGESAHAN



Judul               : Pengamatan Reaksi (Ph) Tanah, Bahan Organik Tanah, Nitrogen  aTotal, Dan Kalium Dapat Ditukar
Jurusan            : Agroteknologi
Kelompok       : V (Lima)
Tempat            : Loboratorium Ilmu Tanah






DAFTAR ISI



Halaman
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN






































DAFTAR TABEL



Halaman
Tabel 1  ..................................................................................................................18












































                                                                                                                                          I.     PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang


Tanah terdapat di mana-mana, tetapi kepentingan orang terhadap tanah berbeda-beda. Seorang ahli pertambangan menganggap tanah sebagai sesuatu yang tidak berguna karena menutupi barang-barang tambang yang dicarinya. Semua bahan yang digali kecuali batu-batunya dinamakan tanah. Demikian pula seorang ahli jalan menganggap tanah adalah bagian permukaan bumi yang lembek sehingga perlu dipasang batu-batu di permukaannya agar lebih kuat. Dalam kehidupan sehari-hari tanah diartikan sebagai wilayah darat di mana di atasnya dapat digunkan untuk berbagai usaha misalnya pertanian, peternakan, mendirikan bangunan, dan lain-lain.

Sifat, ciri, dan kesuburan tanah merupakan komponen kimia tanah yang sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Salah satu reaksi sifat fisika tanah yang perlu diketahui yaitu kemasaman atau lebih sering disebut dengan pH tanah. pH tanah merupakan suatu uji penting untuk mendiagnosa problematika pertumbuhan tanaman. kadar pH ditandai dengan keberadaan ion H+. Tinggi rendahnya ion ini yang menyebabkan jenis kemasaman tanah tersebut.

Sifat fisika dari tanah yang penting dalam dunia pertanian salah satunya yaitu tekstur tana. Tekstur tanah dianggap sebagai ciri dasar tanah yang dengan manipulasi tanah sifat ini tidak mudah berubah. Secara umum tanah mineral memiliki partikel primer tekstur dengan ukuran bervariasi baik antara setiap jenis tanah maupun antar lapisan dalam profil tanah. Tekstur tanah yang biasa disebut dengan butir tanah berhubungan erat dengan pergerakan air dan zat terlarut udara Text Box: 2
pergerakan panas berat volume tanah luas permukaan spesifik kemudahan tanah memadat dan lain-lain.

Sifat biologi pada tanah yaitu bahan organik pada tanah. Hampir semua kehidupan makhluk di permukaan bumi tergantung pada karbon organik untuk mendapatkan hara dan energi dari karbon organik itu. Manusia telah lama memahami pentingnya bahan organik untuk menyokong pertumbuhan tanaman. Bahan organik tanah berkontribusi sebesar 20-80%. Pada kapasitas tukar kation peningkatan KTK akibat dari jumlah bahan organik tanah akan mempengaruhi pemuatan dan akan meningkatkan pH tanah.

Tanah sebagai media tempat tumbuh dan berkembang tanaman berfungsi menjadi tempat menyediakan mineral, unsur hara penting, air, dan udara. Unsur hara penting tersebut beberapa diantaranya yaitu kalium, fosfor, dan nitrogen. Kalium bentuk K dalam tanaman adalah bentuk kation K+. Kalium berperan penting dalam mengatur potensi osmotik dalam sel tumbuhan. Fosfor yang paling penting dalam komponen integral dari senyawa penting dari sel tumbuhan termasuk gula intermediat. Fosfat dari respirasi dan fotosintesis dan fosfolipid yang membentuk membran tanaman. Nitrogen dapat diserap dalam tanah dalam bentuk organik atau anorganik tetapi konsentrasi senyawa ini tidak semua dapat diukur dengan cara analisis tanah rutin.


1.2  Tujuan


Berdasarkan tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut
1.    Mengetahui metode penetapan dari reaksi (pH) tanah, tekstur tanah, bahan organik tanah, fosfor tersedia, nitrogen total, dan kalium dapat ditukar.
2.    Mengetahui kadar reaksi (pH) tanah, tekstur tanah, bahan organik tanah, fosfor tersedia, nitrogen total, dan kalium dapat ditukar.









                                                                                                                             II.     TINJAUAN PUSTAKA



2.1    Reaksi (pH) Tanah


Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalis tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen H+ di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, maka semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH- yang jumlahnya berbading terbalik dengan ion H+. Kemasaman tanah terdapat pada daerah dengan curah hujan tinggi, sedangkan pengaruhnya sangat besar pada tanaman, sehingga kemasaman tanah harus diperhatikan karena merupakan sifat tanah yang sangat penting (Foth, 1991).

Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat penting sebab terdapat hubungan pH dengan ketersediaan unsur hara juga terdapat beberapa hubungan antara pH dan semua pembentukan serta sifat-sifat tanah. Pada umumnya pH tanah ditentukan oleh pencampuran satu bagian air suling untuk mendapatkan tanah dan air samapai mendekati keseimbangan dan setelah itu baru diukur pH suspensi tanah (Poerwowidodo, 1991).

Kemasaman pH tanah secara sederhana merupakan ukuran aktivitas Hdan dinyatakan sebagai –log 10 (H+). Secara praktikal ukuran logaritma aktivitas atau konsentrasi Hini berarti setiap perubahan satu unit pH tanah berarti terjadi perubahan 10 kali dari kemasaman atau kebasahan. Pada tanah yang mempunyai pH 6,0 berarti tanah tersebut mempunyai Haktif sebanyak 10 kali dibandingkan dengan tanah yang mempunyai pH 7,0. Sebagian besar tanah-tanah produktif, mulai dari hutan humid dan sub humid hingga padang rumput di semiarid mempunyai pH bervariasi antara 4,0 hingga 8,0. Nilai di atas atau dibawah variasi Text Box: 4
tersebut disebabkan oleh garam Na, dan Ca atau ion H+ dan Al +3dalam larutan tanah (Brady, 1990).

Pada umumnya pada larutan pertanian, penggunaan pH secara rutin dilakukan untuk memonitor pengaruh raktek pengelolaan pertanian terhadap efisiensi penggunaan N, kelarutan Al, dan hubungannya dengan dampak lingkungan. Sebagian besar lahan yang mempunyai pH sangat rendah atau tinggi menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman. Apabila tanah bersifat masam dinetralisir dengan pemberian kapur. Sebaliknya apabila tanah terlalu basa dapat diturunkan pHnya dengan pemberian belerang. Tanah masam khususnya di daerah tropika mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui beberapa cara. Apabila tanah (pH) rendah, maka satu atau lebih faktor tanah yang tidak menguntungkan muncul dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat (Gaur, 1981).


2.2    Tekstur Tanah


Tekstur tanah adalah perbandingan relatif  dalam persen (%) antara fraksi-fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur erat hubungannya dengan plastisitas, permeabilitas, keras dan kemudahan, kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah geografis tertentu (Hakim, 1986).

Tanah Alfisol memiliki tekstur tanah yang liat. Liat tertimbun di horizon bawah. Ini berasal dari horizon di atasnya dan tercuci ke bawah bersama dengan gerakan air. Dalam banyak pola Alfisol digambarkan adanya perubahan tekstur yang sangat pendek di kenal dalam taksonomi tanah sebagai Ablup Tekstural Change atau perubahan tekstur yang sangat ekstrim (Foth, 1998).

Alfisol pada umumnya berkembang dari batu kapur, olivin, tufa, dan lahar. Bentuk wilayah beragam dari bergelombang hingga tertoreh, tekstur berkisar antara sedang hingga halus, drainasenya baik. Reaksi tanah berkisar antara agak masam hingga netral, kapasitas tukar kation dan basa-basanya beragam dari Text Box: 5
rendah hingga tinggi, bahan organik pada umumnya sedang hingga rendah. Mempunyai sifat kimia dan fisika relatif baik. Alfisol sebagian ditemukan di daerah beriklim kering dan sebagian kecil di daerah beriklim basah. Alfisol ini dapat pula ditemukan pada wilayah dengan temperatur sedang dan sub tropika dengan adanya pergantian musim hujan dan musim kering (Munir, 1996).

Partikel tanah liat pada lapisan Alfisol digerakkan oleh air yang meresap dari horizon A dan disimpan pada horizon B. Hasilnya adalah polipodeon dengan horizon- horizon yang mempunyai tekstur yang berbeda. Macam pita yang terbentuk berhubungan dengan kandungan liat dan digunakan untuk menggolongkan tanah sebagai lempung, lempung liat atau tanah liat (Poerwowidodo, 1991).

Faktor-faktor pembentuk tanah terdiri dari bahan induk dan faktor lingkungan yang mempengaruhi perubahan bahan induk menjadi tanah. Alfisol terbentuk dari bahan induk yang mengandung karbonat dan tidak lebih tua dari pleistosin. Di daerah dingin hamper semuanya berasal dari bahan induk berkapur yang masih muda. Di daerah basah, bahan induk biasanya lebih tua dari pada di daearah dingin. Alfisol secara potensial termasuk tanah yang subur meskipun bahaya erosi perlu mendapat perhatian (Darmawijaya, 1990).

Inceptisol adalah tanah muda dan mulai berkembang. Profilnya mempunyai horizon yang dianggap pembentukannya agak lamban sebagai hasil alterasi bahan induk. Horizon-horizonnya tidak memperlihatkan hasil hancuran ekstrem. Horizon timbunan liat dan besi aluminium oksida yang jelas tidak ada pada golongan ini. Perkembangan profil golongan ini lebih berkembang bila dibandingkan dengan entisol. Tanah-tanah yang dulunya dikelaskan sebagai hutan coklat, andosol dan tanah coklat dapat dimasukkan ke dalam Inceptisol (Hardjowigeno, 1992).


2.3    Text Box: 6
Bahan Organik Tanah


Bahan organik tanah merupakan hasil dekomposisi atau pelapukan bahan-bahan mineral yang terkandung didalam tanah. Bahan organik tanah juga dapat berasal dari timbunan mikroorganisme, atau sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mati dan terlapuk selama jangka waktu tertentu.bahan organik dapat digunakan untuk menentukan sumber hara bagi tanaman, selain itu dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi tanah (Soetjito, 1992).

Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor dan belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan didalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua kegiatan biokimia akan terhenti (Doeswono, 1983). 

Sumber primer bahan organik dalam tanah Alfisol adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting dan daun. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah tersebut (Islami, 1995).

Kandungan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik kandungan karbon (C) bahan organik bervariasi antara 45%-60% dan konversi C-organik menjadi bahan = % C-organik x 1,724. Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan asli dan arus dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan (vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian). Arus dekomposisi jauh lebih penting dari pada jumlah bahan organik yang ditambahkan. Pengukuran kandung bahan organik tanah dengan metode walkey and black ditentukan berdasarkan kandungan C-organik (Foth,1994).

Bahan organik adalah sekumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa organik hasil mineralisasi dan termasuk Text Box: 7
juga mikrobia heterotrofik organik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya (Madjid, 2007).

Bahan organik tanah terbentuk dari jasad hidup tanah yang terdiri atas flora dan fauna, perakaran tanaman yang hidup dan yang mati, yang terdekomposisi dan mengalami modifikasi serta hasil sintesis baru yang berasal dari tanaman dan hewan. Humus merupakan  bahan organik tanah yang sudah mengalami prubahan bentuk dan bercampur dengan mineral tanah (Sutanto,2005).


2.4    Fosfor Tersedia


Fosfor merupakan bahan makanan utama yang digunakan oleh semua organisme untuk energi dan pertumbuhan. Secara geokimia, fosfor merupakan 11 unsur yang sangat melimpah di kerak bumi. Seperti halnya nitrogen, fosfor merupaka unsur utama didalam proses fotositesis. Fosfor biasannya berasal dari pupuk buatan yang kandungannya berdasarkan rasio N-P-K. Sebagai contoh 15-30-15, mengindikasikan bahwa berat persen fosfor dalam pupuk buatan adalah 30% fosfor oksida (P2O5). Fosfor yang dapat dikonsumsi oleh tanaman adalah dalam bentuk fosfat seperti diamonium fosfat ((NH4)2 HPO4) atau kalsium fosfat dihidrogen (Buntan, 1992).

Fosfor didalam tanah dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu P-organik dan P-anorganik. Kandungannya sangat bervariasi tergantung pada jenis tanah, tetapi pada umumnya rendah. Tanaman memperoleh unsur P seluruhnya beasal dari tanah atau dari pemupukan serta hasil dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Jumlah Ptotal dalam tanah cukup banyak, namun yang tersedia bagi tanaman jumlahnya rendah hanya 0,01-0,2 mg/kg tanah (Handayanto, 2007).

Fosfor yang diserap tanaman tidak direduksi, melainkan berada didalam senyawa organik dan anorganik dalam bentuk teroksidasi. Peranan P pada tanaman penting untuk pertumbuhaan sel, pembentukan akar halus dan rambut akar, memperkuat Text Box: 8
tegakan batang agar tanamaan tidak mudaah rebah, pembentukan bunga, buah dan biji serta memperkuat daya tahan terhadap penyakit (Premono, 2002).

Kadar fosfor yang sangat rendah dalam larutan tanah pada suatu saat berarti bahwa pencucian memindahkan sedikit fosfor dari dalam tanah. Pengaruh fosfor yang terlali sedikit atau terlalu banyak pada pertumbuhan tanamaan kurang menyolok dibandingkan dengan pengaruh nitrogen dengan lkalium. Tampaknya fosfor lebih mempercepat kedewasaan daripada sebagian besar hara lainnya, karena stimulasi yang berlebihan mendatang kedewasaan yang lebih awal (Notohadiprawiro, 1999).


2.5    Nitrogen Total


Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah (bahan organik halus, N tinggi, L/N rendah, dan bahan organik kasar, N rendah rasio l/n tinggi). Lalu faktor lainnya yaitu peningkatan mikroorganisme dan N udara. Simbiosis dengan senyawa legum yaitu bakteri bintil akar atau rhizobium. Faktor lainnya yaitu pupuk dan air hujan. Fungsi unsur N adalah untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif dan pembentukan protein. Jika tanaman kekurangan N maka tanaman akan kerdil, pertumbuhan akar terbatas dan daun kuning. Jika tanaman kelebihan N maka akan menyebabkan tanaman lambat dalam proses pematangan. Nitrogen dalam tanah dalam berbagai bentuk yaitu protein, senyawa-senyawa amino, amonium, dan nitrat (Hardjowigeno, 2003).

Peningkatan penyediaan nitrogen tanah untuk tanaman terdiri dari terutama dari meningkatnya jumlah nitrogen secara biologis atau dengan penambahan pupuk baik sintesis maupun non sitesis. Hal ini seolah olah bertentangan, dimana unsur hara yang diabsorsi dari tanah dalam jumlah terbesar dari tanaman adalah unsur hara yang sebagian besar sangat terbatas penyediaannya. Adanya penambahan kesuburan alami dengan pupuk-pupuk komersil  merupakan praktik pertanian moderen. Walaupun sebagian masyarakat modren menolak penggunaan pupuk komersil karena mengandung bahan-bahan kimia beracun bagi manusia, hewan, dan lingkungan. Kenyataan bahwa nutrien itu memasuki tumbuhan dalam bentuk ion-ion, tidak peduli apakah asal pupuk itu organik ataupun anorganik Text Box: 9
 (Gardner,dkk. 1991).

Pendekatan ini berharga bagi nitrogen, dimana masukan karena curah hujan dan siksasi serta kehilangan akibat pencucian dan denitrifikasi, merupakan sebagian besar dari jumlah seluruhnya yang ada dengan siklus sistem tersebut. Untuk ion yang diabsorsi, masukan ini tidak berarti dibanding dengan jumlah seluruhnya yang ada, termasuk kehilangan karena pencucian dalam tanah-tanah subur. Lebih penting lagi produksi NH4+ yang dihasilkan dari bahan organik yang dibawa oleh bermacam-macam fungi dan bakteri. Perombak dekomposisi ini juga membutuhkan N, tetapi jika bahan mempunyai kandungan N rendah, bahan itu dipersatukan dalam biomasa dan tidak dibebaskan, sampai penyediaan karbon berkurang (Filter dan Hay, 1991).

Sumber nitrogen bagi tanaman berasal dari N atmosfer. Nitrogen organik yang dibenamkan kedalam tanah merupakan N organik yang bentuk kimianya tidak dapat diserap begitu saja oleh tanaman. Dalam bentuk NO3- , nitogen mudah keluar dari perakaran. Ia mudah tercuci karena besar muatan listrikpositif tanah biasanya kecil sekali. Nitrogen dalam bentuk NO3- juga dapat tereduksi secara mikrobiologis menjadi NO, N2O yang menguap (Henry,1994).


2.6    Kalium Dapat Ditukar


Kalium merupakan unsur makro yang salah satunya berfungsi untuk pengisian bulir pada tanaman serelia, selain itu juga berfungsi dalam pembentukan karbohidrat pada tanaman umbi-umbian.  Oleh karena kalium fungsinya sebagai katalis berbagai fungsi biologis esensial, sehingga kalium ini terlibat dalam semua fraksi biokimia yang berlangsung dengan tanaman.  Sehingga perlu diketahui jumlah kalium yang dapat ditukar yang terjerap pada koloid tanah yang dapat dipergunakan untuk perkembangan tanaman. Kadar K biasanya di dalam tanah Text Box: 10
berkisar antara 0,5-2,5% dengan rata-rata 1,2% tergantung keadaanmineral cadangan dan tingkat pelapukan (Leiwababessy, 2003).

Menurut Kirman (1994), jumlah K yang berada dalam masing-masing fraksi tersebut dipengaruhi oleh beberapan faktor tanah, antara lain jenis dan jumlah mineral liat, serapan hara tanaman, penggunaan pupuk, pencucian dan aktivitas proses fiksasi pelepasan yang berlangsung di dalam tanah.  Umumnya Kdd kurang dari 2% dari Kt tanah atau berkisar antara 10-400ppm.  Namun demikian tanah-tanah yang ditanami secara intensif mengandung kdd yang bervariasi sekitar 1-5% dari K tanah.  K dapat dipertukarkan (Kdd) didefinisikan sebagai K yang dijerap pada kompleks permukaan koloid taah. Pada mineral liat, pdd berada pada tapakan jerapan non spesifik, yaitu posisi plannar dan adge.  Kdd dapat berubah menjadi ukuran ketersediaan K dalam tanah (Schroeder, 1974).

Menurut Leiwakabessy (2003), peranan utama dari Kdd adalah untuk mempertahankan kadar K dalam larutan.  Bila dalam tanah dijumpai vermikulit, ilit, atau mineral tipe 2:1 lainnya, maka K dari pupuk seperti kd tidak saja menjadi terjerap, tetapi juga terikat selamanya oleh koloid tanah.  Ion K dan ammonium ketika dalam ruangan antara unit kristal dari mineral liat yang biasanya mengembang dan menjadi bagian integral dari kristal tersebut.  K tersebut tidak dapat digantikan oleh cara pertukaran hara yang disebut sebagai K tidak dapat ditukar (Ktdd).  Ktdd merupakan K cadangan walaupun pelepasannya sangat lambat sehingga dinilai sebagai K yang relatif tidak segera tersedia bagi tanaman (Soepardi, 1983).

Kdd terdiri dari bentuk K struktual dan k terfiksasi.  K terfiksasi berada diantara lapisan mineral liat mika dimana posisi tersebut tidak memungkinkan terjadinya pertukaran dengan kation lain yang berada dalam larutan tanah.  Perbedaan antara K terfiksasi dengan K struktual adalah pelepasan K dari K terfiksasi dapat balik  (revesibel) sedangkan dari struktual tidak dapat balik atau disebut dengan irreversibel (Goulding, 1987).

Text Box: 11
Sumber K tanah dapat berasal dari bahan organik ataupun bahan anorganik. Bahan organik umumnya memiliki kadar K rendah, sedangkan bahan anorganik berkadar K tinggi. K yang berasal dari hasil pelapukan bahan organik (pupuk kandang, sisa tanaman, kotoran lumpur dan lain-lain) umumnya juga menyumbangkan K+ anorganik yang tersedia bagi tanaman.  Kadar K dalam kotoran hewan berkisar antara 0,2-2% atau 2-20 kg t-1. Sedangkan dalam sampah sekitar 4,5 kg t-1 dari bahan kering (Havlin, 1999).









                                                                                                                        III.     BAHAN DAN METODE



3.1  Alat dan Bahan


3.1.1  Reaksi pH Tanah


Alat yang digunakan dalam praktikum reaksi pH tanah yaitu tabung plastik, kertas lakmus, timbangan, mesin pengocok, dan pH meter. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanah sampel, air destilata, dan larutan KCl 1 N.

3.1.2  Tekstur


Berdasarkan alat yang digunakan dalam praktikum tekstur yaitu Erlenmeyer 250 ml, pengaduk listrik/blender, hydrometer, stopwatch, thermometer, dan gelas ukur. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air, tanah sampel, dan larutan calgon

3.1.3  Bahan Organik Tanah


Alat yang digunakan dalam praktikum bahan organik tanah yaitu timbangan, Erlenmeyer 500 ml, pipet, buret, dan tiang penyangga. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu sampel tanah, K2Cr2O7N, H2SO4 pekat, indicator ferroin (PP) 0.025 m, dan larutan FeSO4 0.5 N.



Text Box: 13
3.1.4  Fosfor Tersedia


Alat yang digunakan dalam praktikum fosfor tersedia yaitu neraca analitik, dispenser 25 ml dan 10 ml, tabung reaksi, pipet 2 ml, kertas saring, botol kocok 50 ml, mesin pengocok, dan spektrofotometer. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu HCl 0.5 N, pengekstrak Bray dan Kurts I, pereaksi ammonium molybdat, larutan persediaan asam askorbat, larutan kerja, larutan standar 100 ppm P, dan larutan standar 25 ppm P2O5.

3.1.5  Nitrogen Total


Berdasarkan alat yang digunakan dalam praktikum nitrogen total yaitu neraca analitik, tabung digestion dan blok digestion, labu didih 250 ml, Erlenmeyer 100 ml, buret 10 ml, pengaduk magnetic, dispenser, pengocok tabung, dan alat destilasi. Sedangkan bahan yang digunakan adalah asam sulfat pekat (95 – 97%), campuran selen p.a, asam borat 2%, natrium hidroksida 40%, penunjuk Conway (indicator campuran), larutan baku asam sulfat 0.05N, dan larutan standar HCl 0.1 N.

3.1.6  Kalium dapat Ditukar


Berdasarkan alat yang digunakan dalam praktikum kalium dapat ditukar yaitu Atomic Absorption, Spectrophotometer, wadah contoh, pipet, dan flamephotometer. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu ammonium asetat pH 7, larutan lanthanum, standar K, Na, Ca, dan Mg, serbuk MgO, asam borat 1%, asam sulfat 0.1 N, NaOH 0.1 N, dan alcohol 80%.





Text Box: 14
3.2 Metode


3.2.1  Reaksi (pH) Tanah


Berdasarkan prosedur kerja untuk melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.    Dimasukkan 5 g tanah ke dalam tabung plastik dan ditambah 5ml air destilata  
2.    Dikocok 10 menit kemudian didiamkan selama 5 menit
3.    Dicelupkan kertas lakmus ke dalam larutan tanah dengan hati-hati di bagian cairan bening, dan diusahakan supaya lakmus tidak terbenam di dalam lumpur
4.    Disesuaikan warna lakmus dengan daftar nama di kotak lakmus dan dicata pHnya
5.    Ditimbang tanah 5g kemudian dimasukan ke dalam botol plastik dan tambahkan 12,5 ml air destilata
6.    Diukur dengan PH meter
7.    Dilakukan pengukuran menggunkan KCl .

3.2.2 Tekstur Tanah


Berdasarkan prosedur kerja untuk melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.    Ditimbang 50 g tanah kemudian dimasukan kedalam gelas Erlenmeyer 250 ml dan tambahkan 50 ml calgon
2.    Dimasukkan dalam gelas pengaduk listrik dan ditambah 400 ml air aquades, lalu dikocok selama 5 menit 
3.    Dipindahkan suspense ke dalam gelas ukur 1000 ml dan ditambahkan air destilata sampai volume mencapai 1000 ml, kemudian diaduk selama 1 menit
4.    Dinyalakan stopwatch saat pengaduk diangkat
5.    Dimasukkan hydrometer setelah sekitar 20 detik, setelah 40 detik,kemudian dibaca angka yang ditunjukkan oleh hydrometer (H1)
6.    Hydrometer diangkat lalu dimasukkan thermometer dan dibaca suhu suspensinya (T1)
7.    Text Box: 15
Dibiarkan suspense tersebut selama 1 jam, kemudian dimasukkan kembali hydrometer dan dibaca sebagai pembacaan ke 2 (H2). Hydrometer diangkat dan suhu suspense diukur (T2)

3.2.3 Bahan Organik Tanah


Berdasarkan prosedur kerja untuk melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.    Ditimbang 0,5 g  tanah kering udara kemudian dimasukan kedalam
Erlenmeyer 250 ml
2.    Ditambahkan 5 ml K2Cr2O7 N dengan pipet dan di goyangkan perlahan agar berlangsung pencampuran rata
3.    Ditambahkan 10 ml H2SO4 pekat dengan gelas ukur sambil digoyangkan cepat hingga tercampur rata
4.    Dibiarkan campuran di ruang asap selama 30 menit
5.    Diencerkan dengan 100 ml air destilata
6.    Ditambahkan 5ml asam fosfat pekat 2,5 ml larutan Naf 4% 25 tetes indikator Difenil amin
7.    Dititrasi dengan larutan  ammonium ferosolfat
8.    Ditetapkan blanko sama seperti kerja diatas.

3.2.4 Fosfor Tersedia


Berdasarkan prosedur kerja untuk melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut
1.    Ditimbang 2 g contoh tanah < 2 mm
2.    Ditambahkan pengekstrak Bray dan Kurt 1 sebanyak 20 ml
3.    Dikocok selama 5 menit
4.    Disaring dan bila larutan keruh dikembalikan ke atas saringan semula (proses penyaringan maksimum 5 menit)
5.    Disaring dan bila larutan keruh dikembalikan ke atas saringan semula (proses penyaringan maksimum 5 menit)
6.    Text Box: 16
Dibuat seret standar dengan memipet 0; 0,5; 1; 1,5; 2,5; larutan standar 25 ppm PO4 ke dalam labu ukur 50ml dan tambahkan  air destilata hingga tanda tera
7.    Perubahan warna dipipet 5ml larutan standard an contoh dimasukan kedalam tabung reaksi
8.    Ditambahkan 10 ml larutan kerja dan diaduk
9.    Setelah 30 menit diukur transmitannya (T) pada spectrophotometer dengan panjang gelombang 800 nm. Digunakan blangko untuk menstandarkan 100% transmitan.

3.2.5 Nitrogen Total


Berdasarkan prosedur kerja untuk melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.    Ditimbang 1 g tanah, dimasukkan kedalam labu kjeldhal 100 ml
2.    Ditambahkan 1 g campuran selen dan 3 ml asam sulfat pekat
3.    Dipanaskan di alat destruksi mula-mula dengan nyala kecil selama 15 menit, kemudian nyala di besarkan hingga larutan jernih.  Pemanasan dilanjutkan selama 15 menit
4.    Diangkat, didinginkan kemudian ekstrak diencerkan dengan air destilata
5.    Dilakukan destilata dipindahkan ke labu destilasi
6.    Ditutup sistem destilasi uap dan diletakan erlenmeyer 100 ml yang berisi 25 ml asam borat
7.    Di tambahkan 20 ml NaOH 40%
8.    Di destilasi hingga volume penempung mencapai 50-75 ml
9.    Dititrasi destilat dengan HCl 0,1 N hingga warna merah jambu catat volume hasil titrasi sampel dan blanko.

3.2.6 Kalium Dapat Ditukar


Berdasarkan prosedur kerja untuk melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.    Ditimbang 2 g tanah kering udara lolos ayakan 2 mm
2.    Text Box: 17
Dimasukkan ke dalam botol plastik (kocok)
3.    Ditambah 20 ml larutan 1 N amonium asetat pH 7
4.    Dikocok selama 30 menit 200 rpm dan disentrifusi 10 menit 5000 rpm, setelah itu didekantasi ekstraknya ditampung dalam erlenmeyer 150 ml untuk pengukuran kation dapat ditukar
5.    Diukur juga absorban seri larutan standar dengan konsentrasi 0,10,20,30, dan 40 pppm dengan cara dipipet 0,10,20,30, dan 40 ml larutan standar 100 ppm kemudian ditambah larutan pengekstrak 1 N ammonium asetat pH 4,8 hingga tanda tera
6.    Dibuat kurva linear









                                                                                                                IV.     HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1  Hasil Pengamatan


Berdasarkan hasil pengamatan dari praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.
No.
Tanah
pH
Tekstur Tanah
BOT
(%)
P (ppm)
N Total
(%)
KDD
(meq/100 g)
1.
A
5,7
6,90
Lempung Liat Berpasir
2,67
0,04
0,098
0,0024
2.
B
5,80
6,82
Lempung Berliat
3,35
0,03
0,098
0,0029


4.2   Pembahasan


Praktikum ini menggunakan dua tanah yang berbeda yaitu dengan menggunakan tanah A dan tanah B. Berdasarkan hasil yang didapat pada tanah A dan B yaitu pH  tanah 5,74 ; 6,90 dan 5,80 ; 6,82, tekstur tanah lempung liat berpasir dan lempung berliat, bahan organik tanah 2,67% dan 3,35%, fosfor tersedia 0,04 ppm dan 0,03 ppm, nitrogen total 0,098% dan 0,098%, dan kalium dapat ditukar 0,0024 meq/100 g dan 0,0029 meq/100 g. Hasil tersebut didapatkan dari hasil perhitungan dan hasil analisis yang dilakukan.

Tanah merupakan media dasar untuk pertumbuhan bagi tanaman. Di dalam tanah terdapat salah satu sifa tanah yaitu pH tanah. Terdapat metode atau cara untuk menentukan pH tanah. Metode penetapan pH tanah ada dua macam, yaitu secara Text Box: 19
kalorimetri yang berdasarkan warna dan pH meter. Penetapan pH berdasarkan warna dilakukan dengan indikator. Warna indikator tidak sama pada kepekatan H+ yang berbeda. Cara ini biasanya dilakukan di lapang nilai yang didapat biasanya berbeda dengan nilai yang ditetapkan dengan pH meter di laboratorium. Perbedaan tersebut sekitar 0,3 satuan pH. Hasil pengukuran dengan pH meter sangat bervariasi tergantung dari ketelitian persiapan tanah yang akan dianalisis. Faktor yang mempengaruhi penetapan pH tanah yaitu perbandingan air dengan tanah dan kandungan garam garam dalam larutan tanah dan tiga keseimbangan CO2 udara dengan CO2 tanah.

Tekstur tanah merupakan sifat selanjutnya dari sifat tanah. Terdapat metode untuk menetapkan tekstur tanah. Penetapan tekstur tanah secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu penetapan kasar menurut perasaan di lapang dan penetapan di laboratorium. Penetapan tekstur menurut perasaan di lapang yaitu dengan cara masa tanah kering atau lembab dibasahi kemudian dipirid di antara ibu jari dan telunjuk sehingga membentuk pita lembab sambil diperhatikan adanya rasa kasar atau licin. Kemudian di gulung-gulung sambil dilihat daya tahan terhadap tekanan dan dilihat kelekatan massa tanah waktu telunjuk dan ibu jari direnggangkan. Dari rasa kasar atau licin, gejala piridan, gulungan dan kelekatan dapat ditentukan kelas tekstur lapang.

Pentuan tekstur selanjutnya yaitu penentuan tekstur di laboratorium. Penentuan tersebut yaitu tekstur tanah dapat ditentukan menurut berbagai cara di laboratorium. Ada empat tahapan dalam analisis ukuran partikel yaitu (1) Menghilangkan bahan bahan pengikat tanah seperti bahan organik besi oksida dan aluminium (2)  disperse kimiawi partikel-partikel tanah 3 pemecahan untuk keperluan latihan keterampilan di pilih salah satu cara yang dianggap paling sederhana dan umum digunakan yaitu cara pipet dan atau secara hydro meter dalam praktikum ini menggunakan cara Gravimetri dengan Hydrometer

Bahan organik tanah mempunyai peranan dalam penilaian suatu tanah sebagai media tempat tumbuh bagi tanaman. Tedapat metode untuk menetapkan bahan Text Box: 20
organik tanah. Metode penetapan kandungan bahan organik tanah berdasarkan jumlah bahan organik yang mudah teroksidasi prinsip cara adalah bahan organik yang mudah teroksidasi. Prinsip cara adalah bahan yang mudah teroksidasi dalam tanah mereduksi Cr2O72- yang diberikan berlebihan. Reaksi ini berjalan dengan menggunakan energi yang dihasilkan dari pencampuran dua bagian H2SO4 dekat dengan satu bagian kedua K2Cr2O7. Sisa Cr2O72- dapat diketahui dari hasil titrasi dengan FeSO4 yang diketahui normalitasnya. O-phenantrolin-kompleks besi (ferroin) 0,025 m digunakan sebagai penunjuk akhir titrasi. Reaksi yang perlu berlangsung pada dasarnya sebagai berikut
3C + 2 Cr2O72- + 16 H+ à 3 CO2 + 4 Cr3+ + 8H2O
Cr2O72- + FeSO4 à Cr2 (SO4)3 + Fe3+
Cara ini menurut beberapa penelitian seperti Schollenberger (1954), jackson (1958), Allison (1935) Walkey dan Black (1934) dan Walkey (1946) mampu mengoksidasikan rata-rata 77% dari seluruh bahan organik. Walaupun demikian metode ini juga tidak luput dari beberapa kelemahan seperti adanya gangguan yang biasa ditimbulkan oleh kehadiran Cl-, Fe2+, dan MnO2. Namun demikian sampai pada tingkat tertentu gangguan ini masih bisa diterima dengan menggunakan beberapa faktor konversi dalam perhitungan hasil akhirnya. Pada praktikum ini dicoba penetapan bahan organik anak yang disusun oleh Walkey dan Black (1934) yang umum digunakan pada tanah mineral tidak bercampur dari daerah humid. Kelebihan metode Walkey dan Black yaitu sederhana, mudah dan cepat dikerjakan, dan membutuhkan sedikit peralatan.

Fosfor merupakan salah satu unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh tanaman. Keberadaan fosfor dapat membantu pertumbuhan pada akar, pembungaan, dan pembuahan. Dalam menentukan kadar fosfor yang ada di tanah dapat menggunakan metode Bray dan Kurtz. Metode ini umumnya dikenal dengan metode Bray dan dibedakan atas brain No. 1 (HCl 0,025 N + NH4F 0,3 N) dan Bray No. 2 (HCl 0,1 N + NH4F 0,3 N).  Metode ini dikembangkan untuk tanah masam tetapi juga baik untuk tanah-tanah netral. Mereka memakai ion F- dengan dasar pertimbangan bahwa F- dapat mengkomplekskan Al dan  Fe sehingga fosfat Text Box: 21
dapat dibebaskan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada metode ini adalah waktu pengecekan dan perbandingan larutan ekstasi tanah

Nitrogen merupaka salah satu unsur hara makro esensial yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang banyak. Nitrogen dapat diketahui seberapa banyak  N total yang ada di dalam tanah. Penetapan N total digunakan dengan metode Kjeldahl yaitu dasar penetapannya bahwa senyawa nitrogen organik dioksidasi dalam lingkungan asam sulfat pekat dengan katalis campuran selen membentuk (NH4)SO4. Kadar amonium dalam ekstrak dapat diterapkan dengan cara destilasi pada acara destilasi. Pada cara destilasi, ekstrak dibasakan dengan penambahan larutan NaOH. Selanjutnya, NH3 yang dibebaskan diikat oleh asam borat (H3BO3)dan dititar dengan larutan baku H2SO4 menggunakan penunjuk Conway.

Kalium merupakan salah satu unsur hara yang berperan banyak dalam tanaman. Namun K dalam tanah mudah untuk tercuci (Leaching). Kalium dalam tanah dapat ditentukan menggunakan metode penetapan K dapat ditukar (K-dd). Dasar penetapannya yaitu kation basa-basa (K, Na, Mg, dan Ca) yang mudah digantikan dengan kation NH4+ dalam larutan. kKmudian kation K+ dan Na+ dalam larutan ditetapkan secara kuantitatif menggunakan flamephotometer. Dalam larutan tersebut dapat juga ditetapkan kation lainnya seperti Ca2+, Mg2+ dengan menggunakan AAS (Tim DDIT, 2016).

Reaksi tanah menunjukan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain, ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. Pada tanah-tanah yang masam jumlah ion H+  lebih tinggi dari OH-, sedangkan pada tanah alkalis kandungan ion OH- lebih banyak dari pada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH=7 (Hardjowigeno, 2003).

Text Box: 22
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif berbagai golongan besar, partikel debu tanah, dalam suatu massa tanah terutama perbandingan relatif suatu fraksi liat, debu dan pasir. Tekstur dapat menentukan tata air dalam tanah berupa kecepatan infiltrasinya, penetrasi serta kemampuan mengikat air (Kartasapoetra, 1988).

Tekstur tanah dapat menentukan sifat-sifat fisik dan kimia serta mineral tanah. Partikel-partikel tanah dapat dibagi atas kelompok-kelompok tertentu berdasarkan ukuran partikel tanpa melihat komposisi kimia, berat, warna dan sifat tanah lainnya. Analisis laboratorium yang mengisahkan hara tanah disebut analisa mekanis. Sebelum analisa mekanis dilaksanakan, contoh tanah yang kering udara dihancurkan, disaring dan diayak dengan ayakan berukuran 2 mm. Sementara itu, sisa-sisa yang di atas ayakan dibuang. Metode ini merupakan metode hidrometer ysng membutuhksn ketelitian dalam pelaksanaannya (Hakim,1986).

Bahan organik tanah merupakan hasil dekomposisi atau pelapukan bahan-bahan mineral yang terkandung didalam tanah. Bahan organik tanah juga dapat berasal dari timbunan mikroorganisme, atau sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mati dan terlapuk selama jangka waktu tertentu. Bahan organik dapat digunakan untuk menentukan sumber hara bagi tanaman, selain itu dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi tanah (Soetjipto, 1992).

Fosfor merupakan bahan makanan utama yang digunakan oleh semua organisme untuk pertumbuhan dan sumber energi. Fosfor di dalam air laut berada dalam bentuk organik dan anorganik. Dalam bentuk organik, fosfor dapat berupa gula posfat dan hasil oksidasinya berupa nukleoprotein dan fosfoprotein. Sedangkan dalam senyawa anorganik meliputi ortofosfat dan polifosfat. Senyawa organik posfat dalam air laut pada umumnya dalam bentuk ion (orta) asam fosfat (H3PO4), dimana 10% sebagai ion posfat dan 90% dalam bentuk H(PO4)2. Posfat merupakan unsur yang penting dalam pembentukan protein dan membantu proses metabolisme sel suatu organisme (Hutagalung dkk. 1997).

Text Box: 23
Nitrogen ditemukan melimpah dalam bentuk gas di atmosfer, namun tidak dapat digunakan secara langsung oleh organisme karena memrlukan energi yang besar untuk memecah ikatan rangkap tiga gas nitrogen. Di perairan, nitrogen ditemukan dalam dua bentuk yaitu, nitrogen terlarut (Dissolved) dan tidak terlarut (Particulate) dan keduanya tidak dapat langsung digunakan oleh organisme yang lebih tinggi, melainkan harus ditransformasikan terlebih dahulu oleh bakteri dan jamur (Doeswono, 1983).










                                                                                                                                           V.     KESIMPULAN



Berdasarkan kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini yaitu
1.    Metode yang digunakan pada praktikum ini yaitu metode Walkey dan Black, metode Bray, metode Kjeldahl, dan metode penetapan K dapat ditukar (K-dd).
2.    Berdasarkan hasil yang didapat pada praktikum maka hasil dari tanah A dan B yaitu pH  tanah 5,74 ; 6,90 dan 5,80 ; 6,82, tekstur tanah lempung liat berpasir dan lempung berliat, bahan organik tanah 2,67% dan 3,35%, fosfor tersedia 0,04 ppm dan 0,03 ppm, nitrogen total 0,098% dan 0,098%, dan kalium dapat ditukar 0,0024 meq/100 g dan 0,0029 meq/100 g.









DAFTAR PUSTAKA


Brady. 1990. Factor Of Soil Formation. Mr Graw Hill Book. New York.

Buntan, A.1992. Evektivitas Bakteri Pelarut Fosfat dan Kompos Terhadap Peningkatan Serapan P Pada Tanaman Jagung. IPB. Bogor.

Darmawijaya, M. 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Doeswono,1983. Ilmu-Ilmu Terjemahan. Bhtara Karya Aksara. Jakarta.

Foth, Henry. D, 1994 . Dasar-Dasar Ilmu Tanah Jilid ke Enam . Erlangga.  Jakarta.

           . 1986. Fundamental of Soil Science. Gajah Mada University. Yogyakarta.

          .1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Gaur. 1981. Soil Clasification in Indonesia. Balai Penjelasan Pertanian. Bogor.

Hakim,dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung: Lampung.

Handayanto, E. 2007. Biologi Tanah Landasan Pengelolaan Tanah Sehat. Pustaka Adipura. Jakarta.

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo: Jakarta.

          . 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta.

Hutagalung, H.P, Deddi S, Riyana H. 1997. Metode Analisis Air Laut Sedimen dan Biota. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Islami, T. 1995. Klasifikasi Tanah. Aka press. Jakarta.

Kartasapoetra, A.G. 1988. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta: Rineka Cipta.

Madjid, Abdul. 2007. Bahan Organik Tanah. Universitas Sriwijaya. Palembang.

Miller, J. 2000. Statistics and Chemometrics For Analitical Chemistry. Prentice Hall. Harlow.

Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. PT. Dunia Pustaka Jaya: Jakarta.
Notohadiprawiro. 1999. Tanah dan Lingkungan Departemen Pendidikan Kebudayaan. Jakarta.

Poerwowidodo. 1991. Ganesha Tanah. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.

Premono. 2002. Pengaruh BPF Terhadap Serapan  Kalium Unsur Mikro Tanaman Jagung Pada Tanah Masam. Penerbit Angkasa Presindo. Bandung.

Soetjipto,dkk . 1992 . Dasar-Dasar Irigasi . Erlangga . Jakarta.

Sutanto, Rachman . 2005 . Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep Kenyataan . Kanisius. Yogyakarta.

Tim DDIT. 2016. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

















LAMPIRAN









PERHITUNGAN


Bahan Organik Tanah


Tanah A
% C organik    = ml K2Cr2O7  x  (1 – s/t)  x  0.003886
BKM
= 5  x  (1 – 6,3/10.5)  x  0.003886
0.5
= 1.55%
% bahan organik = % C organik  x  1.724
= 1.55%  x  1.724
= 2,672 %
Tanah B
% C organik    = ml K2Cr2O7  x  (1 – s/t)  x  0.003886
BKM
= 5  x  (1 – 5.7/10.5)  x  0.003886
0.5
= 1, 943%
% bahan organik = % C organik  x  1.724
= 1,943%  x  1.724
= 3,35%




Tekstur Tanah


Sampel tanah A
Diketahui H1 = 26, T1 = 21, H2 = 15,5, T2 = 20,
FK1                             = 0,36 ( T1-20)
                                    = 0,36 (21 – 20)
= 0,36 x 1
= 0,36
% debu + % liat          = 
                                    =
                                    = 52,72%

% liat                           =
=
                                    = 32%

% debu                        = 52,72% - 32% = 20,72%
% pasir                        = 100% - 52,72%
                                    = 47,28%

Sampel tanah B
Diketahui H1 = 31, T1 = 21,5,  H2 = 16, T2 = 21,
FK1                             = 0,36 ( T1-20)
                                    = 0,36 (21,5 – 20)
= 0,36 x 1,5
= 0,54

% debu + % liat          = 
                                    =
                                    = 63,08%

% liat                           =
=
                                    = 32,64%

% debu                        = 63,08% - 32,69% = 30,44%
% pasir                        = 100% - 63,08%
                                    = 36,92%























Nitrogen Total


Diketahui        Sampel tanah A
 Volume titrasi sampel (Vs)    = 1,6 ml
Volume titar blanko (Vb)       = 0,9 ml

Sampel tanah B
Volume titrasi sampel (Vs)     = 1,6 ml
Volume titar blanko (Vb)       = 0,9 ml

Dihitung          % N total
% N total1                   =
                                    =
                                    = 0,098%

% N total2                   =
                                    =
                                   = 0,098%












Kalium dapat Ditukar


Penetapan kadar K pada tanah A
Diperoleh regresinya
Y           = 0,23x + 5,05
Y           = 0,23 (30,7) + 5,05
Y           = 12,11

Penetapan kadar K pada tanah B
Diperoleh regresinya
Y           = 0,23x + 5,05
Y           = 0,23 (40,1) + 5,05
Y           = 14,23

ppm K dalam Larutan (ppm)
ppm K dalam larutan x                                     
ppm K dalam tanah A = 12,11 x  = 1,211
ppm K dalam tanah B = 14,27 x  = 1,427
Kdd      A =  x 12,11 x
                 = 0,0024
Kdd      B =  x 14,27 x
                 = 0,0029








Fosfor Tersedia


1.    Absorbansi Deret Standar P2O

Nilai Absorbansi = 2 – log (T)

T=100
Absorbansi      = 2 – log (100)
                         = 2 – 2
                    = 0
T=87
Absorbansi      = 2 – log (87)
                    = 2 – 1,94
                         = 0,06
T=61
Absorbansi      = 2 – log (61)
                    = 2 – 1,79
                    = 0,21
T=51
Absorbansi      = 2 – log (23)
                    = 2 – 1,71
                    = 0,29
T=11
Absorbansi = 2 – log (11)
                    = 2 – 1,04
                    = 0,96

Y = 0,3787X + 0,1114
Ya = 2 - log (23)                    Yb       = 2 – log (24)
       = 0,64                                           = 0,62

2.    Menghitung nilai X

Tanah A
Y    = 0,3787X + 0,1114
Ya  = 0,64
0,64= 0,3787X – 0,1114
0,64 + 0,1114 = 0,3787X
X =  
X =  
X    =  
       = 1,98

Tanah B
Y    = 0,3787X + 0,1114
Yb  = 0,62
0,62 = 0,3787x – 0,1114
0,62 + 0,1114 = 0,3787x
X    =  
X    = 1,93

3.    Menghitung kadar P tersedia

Tanah A
P tersedia =  
 =  
 = 0,04
Tanah B
P tersedia =  
 =
 = 0,03




Comments