PENGAMATAN REAKSI (pH) TANAH, TEKSTUR TANAH, BAHAN ORGANIK TANAH, FOSFOR TERSEDIA, NITROGEN
TOTAL, DAN KALIUM DAPAT DITUKAR
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah)
ABSTRAK
Oleh
Kelompok 5
Telah dilaksanakan praktikum Pengamatan Reaksi (pH)
Tanah, Tekstur Tanah, Bahan Organik Tanah, Fosfor Tersedia, Nitrogen Total, dan
Kalium Dapat Ditukar. Tujuan praktikum ini yaitu untuk mengetahui Reaksi (pH)
Tanah, Tekstur Tanah, Bahan Organik Tanah, Fosfor Tersedia, Nitrogen Total, dan
Kalium Dapat Ditukar. Metode yang digunakan tiap praktikum secara berurutan
yaitu metode penetapann secara kalorimetri yang berdasarkan warna dan pH tanah,
metode penetapan tekstur menurut perasaan di lapang dan metode penetapan
tekstur di laboratorium, metode Walkey dan Black, metode Bray, metode Kjeldahl,
dan metode penetapan K dapat ditukar (K-dd). Berdasarkan hasil yang didapat
pada praktikum maka hasil dari tanah A dan B yaitu pH tanah 5,74 ; 6,90 dan 5,80 ; 6,82, tekstur
tanah lempung liat berpasir dan lempung berliat, bahan organik tanah 2,67% dan
3,35%, fosfor tersedia 0,04 ppm dan 0,03 ppm, nitrogen total 0,098% dan 0,098%,
dan kalium dapat ditukar 0,0024 meq/100 g dan 0,0029 meq/100 g.
Kata kunci : Reaksi (pH) Tanah, Tekstur Tanah, Bahan
Organik Tanah, Fosfor Tersedia, Nitrogen Total, dan Kalium Dapat Ditukar.
LEMBAR PENGESAHAN
Judul :
Pengamatan Reaksi (Ph) Tanah, Bahan Organik Tanah, Nitrogen aTotal, Dan Kalium Dapat Ditukar
Jurusan : Agroteknologi
Kelompok : V (Lima)
Tempat : Loboratorium Ilmu Tanah
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK..
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 ..................................................................................................................18
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah terdapat di mana-mana, tetapi kepentingan orang terhadap tanah
berbeda-beda. Seorang ahli pertambangan menganggap tanah sebagai sesuatu yang
tidak berguna karena menutupi barang-barang tambang yang dicarinya. Semua bahan
yang digali kecuali batu-batunya dinamakan tanah. Demikian pula seorang ahli
jalan menganggap tanah adalah bagian permukaan bumi yang lembek sehingga perlu
dipasang batu-batu di permukaannya agar lebih kuat. Dalam kehidupan sehari-hari
tanah diartikan sebagai wilayah darat di mana di atasnya dapat digunkan untuk
berbagai usaha misalnya pertanian, peternakan, mendirikan bangunan, dan
lain-lain.
Sifat, ciri, dan kesuburan tanah merupakan komponen kimia tanah
yang sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Salah satu reaksi sifat fisika tanah yang perlu
diketahui yaitu kemasaman atau lebih sering disebut dengan pH tanah. pH tanah merupakan suatu
uji penting untuk mendiagnosa problematika pertumbuhan tanaman. kadar pH ditandai dengan keberadaan ion H+. Tinggi rendahnya ion ini yang menyebabkan jenis
kemasaman tanah tersebut.
Sifat fisika dari
tanah yang penting dalam dunia pertanian salah satunya yaitu tekstur tana.
Tekstur tanah dianggap sebagai ciri dasar tanah yang dengan manipulasi tanah
sifat ini tidak mudah berubah. Secara umum tanah mineral memiliki partikel
primer tekstur dengan ukuran bervariasi baik antara setiap jenis tanah maupun
antar lapisan dalam profil tanah. Tekstur tanah yang biasa disebut dengan butir
tanah berhubungan erat dengan pergerakan air dan zat terlarut udara
pergerakan panas berat volume
tanah luas permukaan spesifik kemudahan tanah memadat dan lain-lain.

Sifat biologi pada
tanah yaitu bahan organik pada tanah. Hampir semua kehidupan makhluk di
permukaan bumi tergantung pada karbon organik untuk mendapatkan hara dan energi
dari karbon organik itu. Manusia
telah lama memahami pentingnya bahan organik untuk menyokong pertumbuhan
tanaman. Bahan organik tanah berkontribusi sebesar
20-80%. Pada kapasitas tukar kation peningkatan
KTK akibat dari jumlah bahan organik tanah akan mempengaruhi pemuatan dan akan
meningkatkan pH tanah.
Tanah sebagai media
tempat tumbuh dan berkembang tanaman berfungsi menjadi tempat menyediakan
mineral, unsur hara penting, air, dan udara.
Unsur hara
penting tersebut beberapa diantaranya yaitu kalium, fosfor, dan nitrogen. Kalium bentuk K dalam tanaman adalah
bentuk kation K+. Kalium berperan penting
dalam mengatur potensi osmotik dalam sel tumbuhan. Fosfor yang paling penting dalam komponen integral dari
senyawa penting dari sel tumbuhan termasuk gula intermediat.
Fosfat dari respirasi dan fotosintesis dan
fosfolipid yang membentuk membran tanaman. Nitrogen dapat diserap dalam tanah dalam bentuk organik
atau anorganik tetapi konsentrasi senyawa ini tidak semua dapat diukur dengan
cara analisis tanah rutin.
1.2 Tujuan
Berdasarkan tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut
1.
Mengetahui metode
penetapan dari reaksi (pH) tanah, tekstur tanah, bahan organik tanah, fosfor
tersedia, nitrogen total, dan kalium dapat ditukar.
2.
Mengetahui kadar
reaksi (pH) tanah, tekstur tanah, bahan organik tanah, fosfor tersedia,
nitrogen total, dan kalium dapat ditukar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Reaksi (pH) Tanah
Reaksi tanah
menunjukkan sifat kemasaman atau alkalis tanah yang dinyatakan dengan nilai pH.
Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion
hidrogen H+ di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, maka
semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain
ditemukan pula ion OH- yang jumlahnya berbading terbalik dengan ion H+.
Kemasaman tanah terdapat pada daerah dengan curah hujan tinggi, sedangkan
pengaruhnya sangat besar pada tanaman, sehingga kemasaman tanah harus
diperhatikan karena merupakan sifat tanah yang sangat penting (Foth, 1991).
Kemasaman tanah merupakan salah satu
sifat penting sebab terdapat hubungan pH dengan ketersediaan unsur hara juga
terdapat beberapa hubungan antara pH dan semua pembentukan serta sifat-sifat
tanah. Pada umumnya pH tanah ditentukan oleh pencampuran satu bagian air suling
untuk mendapatkan tanah dan air samapai mendekati keseimbangan dan setelah itu
baru diukur pH suspensi tanah (Poerwowidodo, 1991).
Kemasaman pH tanah secara sederhana
merupakan ukuran aktivitas H+ dan dinyatakan sebagai –log 10 (H+).
Secara praktikal ukuran logaritma aktivitas atau konsentrasi H+ ini
berarti setiap perubahan satu unit pH tanah berarti terjadi perubahan 10 kali
dari kemasaman atau kebasahan. Pada tanah yang mempunyai pH 6,0 berarti tanah
tersebut mempunyai H+ aktif sebanyak 10 kali dibandingkan
dengan tanah yang mempunyai pH 7,0. Sebagian besar tanah-tanah produktif, mulai dari hutan
humid dan sub humid hingga padang rumput di semiarid mempunyai pH bervariasi
antara 4,0 hingga 8,0. Nilai di atas atau dibawah variasi
tersebut disebabkan oleh garam Na, dan Ca atau ion H+ dan
Al +3dalam larutan tanah (Brady, 1990).

Pada umumnya pada
larutan pertanian, penggunaan pH secara rutin dilakukan untuk memonitor
pengaruh raktek pengelolaan pertanian terhadap efisiensi penggunaan N,
kelarutan Al, dan hubungannya dengan dampak lingkungan. Sebagian besar lahan
yang mempunyai pH sangat rendah atau tinggi menguntungkan untuk pertumbuhan
tanaman. Apabila tanah bersifat masam dinetralisir dengan pemberian kapur.
Sebaliknya apabila tanah terlalu basa dapat diturunkan pHnya dengan pemberian
belerang. Tanah masam khususnya di daerah tropika mempengaruhi pertumbuhan
tanaman melalui beberapa cara. Apabila tanah (pH) rendah, maka satu atau lebih
faktor tanah yang tidak menguntungkan muncul dapat menyebabkan pertumbuhan
tanaman terhambat (Gaur, 1981).
2.2 Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan
relatif dalam persen (%) antara fraksi-fraksi pasir, debu dan liat.
Tekstur erat hubungannya dengan plastisitas, permeabilitas, keras dan
kemudahan, kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah geografis tertentu (Hakim,
1986).
Tanah Alfisol memiliki tekstur tanah
yang liat. Liat tertimbun di horizon bawah. Ini berasal dari horizon di atasnya
dan tercuci ke bawah bersama dengan gerakan air. Dalam banyak pola Alfisol
digambarkan adanya perubahan tekstur yang sangat pendek di kenal dalam
taksonomi tanah sebagai Ablup Tekstural Change atau perubahan tekstur yang
sangat ekstrim (Foth, 1998).
Alfisol pada umumnya berkembang dari batu kapur, olivin,
tufa, dan lahar. Bentuk wilayah beragam dari bergelombang hingga tertoreh,
tekstur berkisar antara sedang hingga halus, drainasenya baik. Reaksi tanah
berkisar antara agak masam hingga netral, kapasitas tukar kation dan
basa-basanya beragam dari
rendah hingga tinggi, bahan organik
pada umumnya sedang hingga rendah. Mempunyai sifat kimia dan fisika relatif
baik. Alfisol sebagian ditemukan di daerah beriklim kering dan sebagian kecil
di daerah beriklim basah. Alfisol ini dapat pula ditemukan pada wilayah dengan
temperatur sedang dan sub tropika dengan adanya pergantian musim hujan dan
musim kering (Munir, 1996).

Partikel tanah liat pada lapisan Alfisol digerakkan oleh air
yang meresap dari horizon A dan disimpan pada horizon B. Hasilnya adalah
polipodeon dengan horizon- horizon yang mempunyai tekstur yang berbeda. Macam pita
yang terbentuk berhubungan dengan kandungan liat dan digunakan untuk
menggolongkan tanah sebagai lempung, lempung liat atau tanah liat
(Poerwowidodo, 1991).
Faktor-faktor pembentuk tanah terdiri dari bahan induk dan
faktor lingkungan yang mempengaruhi perubahan bahan induk menjadi tanah.
Alfisol terbentuk dari bahan induk yang mengandung karbonat dan tidak lebih tua
dari pleistosin. Di daerah dingin hamper semuanya berasal dari bahan induk
berkapur yang masih muda. Di daerah basah, bahan induk biasanya lebih tua dari
pada di daearah dingin. Alfisol secara potensial termasuk tanah yang subur
meskipun bahaya erosi perlu mendapat perhatian (Darmawijaya, 1990).
Inceptisol adalah tanah muda dan
mulai berkembang. Profilnya
mempunyai horizon yang dianggap pembentukannya agak lamban sebagai hasil
alterasi bahan induk. Horizon-horizonnya tidak memperlihatkan hasil hancuran
ekstrem. Horizon timbunan liat dan besi aluminium oksida yang jelas tidak ada
pada golongan ini. Perkembangan profil golongan ini lebih berkembang bila
dibandingkan dengan entisol. Tanah-tanah yang dulunya dikelaskan sebagai hutan
coklat, andosol dan tanah coklat dapat dimasukkan ke dalam Inceptisol
(Hardjowigeno, 1992).
2.3
Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah
merupakan hasil dekomposisi atau pelapukan bahan-bahan mineral yang terkandung
didalam tanah. Bahan organik tanah juga dapat berasal dari timbunan
mikroorganisme, atau sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mati dan terlapuk
selama jangka waktu tertentu.bahan organik dapat digunakan untuk menentukan
sumber hara bagi tanaman, selain itu dapat digunakan untuk menentukan
klasifikasi tanah (Soetjito, 1992).
Bahan organik
merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor dan belerang.
Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan
didalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya bahan organik
merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua kegiatan
biokimia akan terhenti (Doeswono, 1983).
Sumber primer bahan
organik dalam tanah Alfisol adalah jaringan tanaman berupa akar, batang,
ranting dan daun. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan
terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah tersebut
(Islami, 1995).
Kandungan organik
tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik kandungan karbon (C)
bahan organik bervariasi antara 45%-60% dan konversi C-organik menjadi bahan =
% C-organik x 1,724. Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh arus akumulasi
bahan asli dan arus dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi
lingkungan (vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian). Arus dekomposisi
jauh lebih penting dari pada jumlah bahan organik yang ditambahkan. Pengukuran
kandung bahan organik tanah dengan metode walkey and black ditentukan
berdasarkan kandungan C-organik (Foth,1994).
Bahan organik adalah
sekumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah
mengalami proses dekomposisi baik berupa humus hasil humifikasi maupun
senyawa-senyawa organik hasil mineralisasi dan termasuk
juga mikrobia heterotrofik organik dan ototrofik yang
terlibat dan berada didalamnya (Madjid, 2007).

Bahan organik tanah
terbentuk dari jasad hidup tanah yang terdiri atas flora dan fauna, perakaran
tanaman yang hidup dan yang mati, yang terdekomposisi dan mengalami modifikasi serta
hasil sintesis baru yang berasal dari tanaman dan hewan. Humus
merupakan bahan organik tanah yang sudah mengalami prubahan bentuk
dan bercampur dengan mineral tanah (Sutanto,2005).
2.4 Fosfor Tersedia
Fosfor merupakan
bahan makanan utama yang digunakan oleh semua organisme untuk energi dan
pertumbuhan. Secara geokimia, fosfor merupakan 11 unsur yang sangat melimpah di
kerak bumi. Seperti halnya nitrogen, fosfor merupaka unsur utama didalam proses
fotositesis. Fosfor biasannya berasal dari pupuk buatan yang kandungannya
berdasarkan rasio N-P-K. Sebagai contoh 15-30-15, mengindikasikan bahwa berat
persen fosfor dalam pupuk buatan adalah 30% fosfor oksida (P2O5). Fosfor yang
dapat dikonsumsi oleh tanaman adalah dalam bentuk fosfat seperti diamonium fosfat
((NH4)2 HPO4) atau kalsium fosfat dihidrogen (Buntan, 1992).
Fosfor didalam tanah
dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu P-organik dan P-anorganik. Kandungannya
sangat bervariasi tergantung pada jenis tanah, tetapi pada umumnya rendah.
Tanaman memperoleh unsur P seluruhnya beasal dari tanah atau dari pemupukan
serta hasil dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Jumlah Ptotal dalam
tanah cukup banyak, namun yang tersedia bagi tanaman jumlahnya rendah hanya
0,01-0,2 mg/kg tanah (Handayanto, 2007).
Fosfor yang diserap
tanaman tidak direduksi, melainkan berada didalam senyawa organik dan anorganik
dalam bentuk teroksidasi. Peranan P pada tanaman penting untuk pertumbuhaan
sel, pembentukan akar halus dan rambut akar, memperkuat
tegakan batang agar tanamaan tidak mudaah rebah,
pembentukan bunga, buah dan biji serta memperkuat daya tahan terhadap penyakit
(Premono, 2002).

Kadar fosfor yang
sangat rendah dalam larutan tanah pada suatu saat berarti bahwa pencucian
memindahkan sedikit fosfor dari dalam tanah. Pengaruh fosfor yang terlali
sedikit atau terlalu banyak pada pertumbuhan tanamaan kurang menyolok
dibandingkan dengan pengaruh nitrogen dengan lkalium. Tampaknya fosfor lebih
mempercepat kedewasaan daripada sebagian besar hara lainnya, karena stimulasi
yang berlebihan mendatang kedewasaan yang lebih awal (Notohadiprawiro, 1999).
2.5 Nitrogen Total
Nitrogen dalam tanah
berasal dari bahan organik tanah (bahan organik halus, N tinggi, L/N rendah,
dan bahan organik kasar, N rendah rasio l/n tinggi). Lalu faktor lainnya yaitu
peningkatan mikroorganisme dan N udara. Simbiosis dengan senyawa legum yaitu
bakteri bintil akar atau rhizobium. Faktor lainnya yaitu pupuk dan air hujan.
Fungsi unsur N adalah untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif dan pembentukan protein.
Jika tanaman kekurangan N maka tanaman akan kerdil, pertumbuhan akar terbatas
dan daun kuning. Jika tanaman kelebihan N maka
akan menyebabkan tanaman lambat dalam proses pematangan. Nitrogen dalam tanah
dalam berbagai bentuk yaitu protein, senyawa-senyawa amino, amonium, dan nitrat
(Hardjowigeno, 2003).
Peningkatan penyediaan nitrogen
tanah untuk tanaman terdiri dari terutama dari meningkatnya jumlah nitrogen
secara biologis atau dengan penambahan pupuk baik sintesis maupun non sitesis.
Hal ini seolah olah bertentangan, dimana unsur hara yang diabsorsi dari tanah
dalam jumlah terbesar dari tanaman adalah unsur hara yang sebagian besar sangat
terbatas penyediaannya. Adanya penambahan kesuburan alami dengan pupuk-pupuk
komersil merupakan praktik pertanian
moderen. Walaupun sebagian masyarakat modren menolak penggunaan pupuk komersil
karena mengandung bahan-bahan kimia beracun bagi manusia, hewan, dan
lingkungan. Kenyataan bahwa nutrien itu memasuki tumbuhan dalam bentuk ion-ion,
tidak peduli apakah asal pupuk itu organik ataupun anorganik
(Gardner,dkk. 1991).

Pendekatan ini berharga bagi
nitrogen, dimana masukan karena curah hujan dan siksasi serta kehilangan akibat
pencucian dan denitrifikasi, merupakan sebagian besar dari jumlah seluruhnya yang
ada dengan siklus sistem tersebut. Untuk ion yang diabsorsi, masukan ini tidak
berarti dibanding dengan jumlah seluruhnya yang ada, termasuk kehilangan karena
pencucian dalam tanah-tanah subur. Lebih penting lagi produksi NH4+ yang dihasilkan dari bahan organik yang dibawa oleh bermacam-macam
fungi dan bakteri. Perombak dekomposisi ini juga membutuhkan N, tetapi jika
bahan mempunyai kandungan N rendah, bahan itu dipersatukan dalam biomasa dan
tidak dibebaskan, sampai penyediaan karbon berkurang (Filter dan Hay, 1991).
Sumber nitrogen bagi tanaman
berasal dari N atmosfer. Nitrogen organik yang dibenamkan kedalam tanah
merupakan N organik yang bentuk kimianya tidak dapat diserap begitu saja oleh
tanaman. Dalam bentuk NO3- ,
nitogen mudah keluar dari perakaran. Ia mudah tercuci karena besar muatan
listrikpositif tanah biasanya kecil sekali. Nitrogen dalam bentuk NO3- juga
dapat tereduksi secara mikrobiologis menjadi NO, N2O yang menguap
(Henry,1994).
2.6 Kalium Dapat Ditukar
Kalium merupakan
unsur makro yang salah satunya berfungsi untuk pengisian bulir pada tanaman
serelia, selain itu juga berfungsi dalam pembentukan karbohidrat pada tanaman
umbi-umbian. Oleh karena kalium
fungsinya sebagai katalis berbagai fungsi biologis esensial, sehingga kalium
ini terlibat dalam semua fraksi biokimia yang berlangsung dengan tanaman. Sehingga perlu diketahui jumlah kalium yang
dapat ditukar yang terjerap pada koloid tanah yang dapat dipergunakan untuk
perkembangan tanaman. Kadar K biasanya di dalam tanah
berkisar antara 0,5-2,5% dengan rata-rata 1,2% tergantung
keadaanmineral cadangan dan tingkat pelapukan (Leiwababessy, 2003).

Menurut Kirman
(1994), jumlah K yang berada dalam masing-masing fraksi tersebut dipengaruhi
oleh beberapan faktor tanah, antara lain jenis dan jumlah mineral liat, serapan
hara tanaman, penggunaan pupuk, pencucian dan aktivitas proses fiksasi
pelepasan yang berlangsung di dalam tanah.
Umumnya Kdd kurang
dari 2% dari Kt tanah atau berkisar antara 10-400ppm. Namun demikian tanah-tanah yang ditanami
secara intensif mengandung kdd yang bervariasi sekitar 1-5% dari K tanah. K dapat dipertukarkan (Kdd) didefinisikan
sebagai K yang dijerap pada kompleks permukaan koloid taah. Pada mineral liat,
pdd berada pada tapakan jerapan non spesifik, yaitu posisi plannar dan
adge. Kdd
dapat berubah menjadi ukuran ketersediaan K dalam tanah (Schroeder, 1974).
Menurut Leiwakabessy
(2003), peranan utama dari Kdd adalah untuk mempertahankan kadar K dalam
larutan. Bila dalam tanah dijumpai
vermikulit, ilit, atau mineral tipe 2:1 lainnya, maka K dari pupuk seperti kd
tidak saja menjadi terjerap, tetapi juga terikat selamanya oleh koloid
tanah. Ion
K dan ammonium ketika dalam ruangan antara unit kristal dari mineral liat yang
biasanya mengembang dan menjadi bagian integral dari kristal tersebut. K tersebut tidak dapat digantikan oleh cara
pertukaran hara yang disebut sebagai K tidak dapat ditukar (Ktdd). Ktdd merupakan K cadangan walaupun
pelepasannya sangat lambat sehingga dinilai sebagai K yang relatif tidak segera
tersedia bagi tanaman (Soepardi, 1983).
Kdd terdiri dari bentuk K struktual
dan k terfiksasi. K terfiksasi berada
diantara lapisan mineral liat mika dimana posisi tersebut tidak memungkinkan
terjadinya pertukaran dengan kation lain yang berada dalam larutan tanah. Perbedaan antara K terfiksasi dengan K
struktual adalah pelepasan K dari K terfiksasi dapat balik (revesibel) sedangkan dari struktual tidak
dapat balik atau disebut dengan irreversibel (Goulding, 1987).

III. BAHAN DAN METODE
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Reaksi pH Tanah
Alat yang digunakan dalam praktikum
reaksi pH tanah yaitu tabung plastik, kertas lakmus, timbangan, mesin pengocok,
dan pH meter. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanah sampel, air
destilata, dan larutan KCl 1 N.
3.1.2 Tekstur
Berdasarkan alat yang digunakan dalam
praktikum tekstur yaitu Erlenmeyer 250 ml, pengaduk listrik/blender,
hydrometer, stopwatch, thermometer, dan gelas ukur. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah air, tanah sampel, dan larutan calgon
3.1.3 Bahan Organik Tanah
Alat yang digunakan dalam praktikum
bahan organik tanah yaitu timbangan, Erlenmeyer 500 ml, pipet, buret, dan tiang
penyangga. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu sampel tanah, K2Cr2O7N,
H2SO4 pekat, indicator ferroin (PP) 0.025 m, dan larutan
FeSO4 0.5 N.
3.1.4 Fosfor Tersedia
Alat yang digunakan dalam praktikum
fosfor tersedia yaitu neraca analitik, dispenser 25 ml dan 10 ml, tabung
reaksi, pipet 2 ml, kertas saring, botol kocok 50 ml, mesin pengocok, dan
spektrofotometer. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu HCl
0.5 N, pengekstrak Bray dan Kurts I, pereaksi ammonium molybdat, larutan
persediaan asam askorbat, larutan kerja, larutan standar 100 ppm P, dan larutan
standar 25 ppm P2O5.
3.1.5 Nitrogen Total
Berdasarkan alat yang digunakan dalam
praktikum nitrogen total yaitu neraca analitik, tabung digestion dan blok
digestion, labu didih 250 ml, Erlenmeyer 100 ml, buret 10 ml, pengaduk
magnetic, dispenser, pengocok tabung, dan alat destilasi. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah asam sulfat pekat (95 – 97%), campuran selen p.a, asam borat
2%, natrium hidroksida 40%, penunjuk Conway (indicator campuran), larutan baku
asam sulfat 0.05N, dan larutan standar HCl 0.1 N.
3.1.6 Kalium dapat Ditukar
Berdasarkan alat yang digunakan dalam
praktikum kalium dapat ditukar yaitu Atomic Absorption, Spectrophotometer,
wadah contoh, pipet, dan flamephotometer. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu
ammonium asetat pH 7, larutan lanthanum, standar K, Na, Ca, dan Mg, serbuk MgO,
asam borat 1%, asam sulfat 0.1 N, NaOH 0.1 N, dan alcohol 80%.
3.2
Metode
3.2.1 Reaksi (pH) Tanah
Berdasarkan prosedur
kerja untuk melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Dimasukkan
5 g tanah ke dalam tabung plastik dan ditambah 5ml air destilata
2. Dikocok
10 menit kemudian didiamkan selama 5 menit
3. Dicelupkan
kertas lakmus ke dalam larutan tanah dengan hati-hati di bagian cairan bening,
dan diusahakan supaya lakmus tidak terbenam di dalam lumpur
4. Disesuaikan
warna lakmus dengan daftar nama di kotak lakmus dan dicata pHnya
5. Ditimbang
tanah 5g kemudian dimasukan
ke dalam botol plastik dan tambahkan 12,5 ml air destilata
6. Diukur
dengan PH meter
7. Dilakukan pengukuran
menggunkan KCl .
3.2.2 Tekstur Tanah
Berdasarkan prosedur kerja untuk melakukan praktikum ini
adalah sebagai berikut:
1. Ditimbang 50 g tanah kemudian dimasukan kedalam gelas
Erlenmeyer 250 ml dan tambahkan 50 ml calgon
2. Dimasukkan dalam gelas pengaduk listrik dan ditambah 400 ml
air aquades, lalu dikocok selama 5 menit
3. Dipindahkan
suspense ke dalam gelas ukur 1000 ml
dan ditambahkan air destilata sampai volume mencapai 1000 ml, kemudian diaduk
selama 1 menit
4. Dinyalakan
stopwatch saat pengaduk diangkat
5. Dimasukkan
hydrometer setelah sekitar 20 detik, setelah 40 detik,kemudian dibaca angka
yang ditunjukkan oleh hydrometer (H1)
6. Hydrometer
diangkat lalu dimasukkan thermometer dan dibaca suhu suspensinya (T1)
7.
Dibiarkan
suspense tersebut selama 1 jam, kemudian dimasukkan kembali hydrometer dan
dibaca sebagai pembacaan ke 2 (H2). Hydrometer diangkat dan suhu suspense
diukur (T2)

3.2.3 Bahan Organik Tanah
Berdasarkan prosedur kerja untuk melakukan praktikum ini
adalah sebagai berikut:
1. Ditimbang
0,5 g tanah kering udara kemudian
dimasukan kedalam
Erlenmeyer
250 ml
2. Ditambahkan
5 ml
K2Cr2O7 N dengan pipet dan di
goyangkan perlahan agar berlangsung pencampuran rata
3. Ditambahkan
10 ml
H2SO4 pekat dengan gelas ukur sambil digoyangkan cepat
hingga tercampur rata
4. Dibiarkan
campuran di ruang asap selama 30 menit
5. Diencerkan
dengan 100 ml
air destilata
6. Ditambahkan
5ml asam fosfat pekat 2,5 ml
larutan Naf 4% 25 tetes indikator Difenil amin
7. Dititrasi
dengan larutan ammonium ferosolfat
8. Ditetapkan
blanko sama seperti kerja diatas.
3.2.4 Fosfor Tersedia
Berdasarkan prosedur kerja untuk melakukan praktikum ini
adalah sebagai berikut
1. Ditimbang
2 g contoh tanah < 2 mm
2. Ditambahkan
pengekstrak Bray dan Kurt 1 sebanyak 20 ml
3. Dikocok
selama 5 menit
4. Disaring
dan bila larutan keruh dikembalikan ke atas saringan semula (proses penyaringan
maksimum 5 menit)
5. Disaring
dan bila larutan keruh dikembalikan ke atas saringan semula (proses penyaringan
maksimum 5 menit)
6.
Dibuat
seret standar dengan memipet 0; 0,5; 1; 1,5; 2,5; larutan standar 25 ppm PO4
ke dalam labu ukur 50ml dan tambahkan
air destilata hingga tanda tera

7. Perubahan
warna dipipet 5ml larutan standard an contoh dimasukan kedalam tabung reaksi
8. Ditambahkan
10 ml
larutan kerja dan diaduk
9. Setelah
30 menit diukur transmitannya (T) pada spectrophotometer dengan panjang
gelombang 800 nm.
Digunakan blangko untuk menstandarkan 100% transmitan.
3.2.5 Nitrogen Total
Berdasarkan prosedur kerja untuk melakukan praktikum ini
adalah sebagai berikut:
1. Ditimbang 1 g tanah, dimasukkan kedalam labu kjeldhal 100
ml
2. Ditambahkan 1 g campuran selen dan 3 ml asam sulfat pekat
3. Dipanaskan di alat destruksi mula-mula dengan nyala kecil
selama 15 menit, kemudian nyala di besarkan hingga larutan jernih. Pemanasan dilanjutkan selama 15 menit
4. Diangkat, didinginkan kemudian ekstrak diencerkan dengan
air destilata
5. Dilakukan
destilata dipindahkan ke labu destilasi
6. Ditutup
sistem destilasi uap dan diletakan erlenmeyer 100 ml yang berisi 25 ml asam
borat
7. Di
tambahkan 20 ml
NaOH 40%
8. Di
destilasi hingga volume penempung mencapai 50-75 ml
9.
Dititrasi
destilat dengan HCl 0,1 N hingga warna merah jambu catat volume hasil titrasi
sampel dan blanko.
3.2.6 Kalium Dapat Ditukar
Berdasarkan prosedur
kerja untuk melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Ditimbang 2 g tanah
kering udara lolos ayakan 2 mm
2.
Dimasukkan
ke dalam botol plastik (kocok)

3. Ditambah
20 ml larutan 1 N amonium asetat pH 7
4.
Dikocok selama 30 menit
200 rpm
dan disentrifusi 10 menit 5000 rpm, setelah itu didekantasi ekstraknya ditampung
dalam erlenmeyer 150 ml
untuk pengukuran kation dapat ditukar
5.
Diukur juga absorban
seri larutan standar dengan konsentrasi 0,10,20,30, dan 40 pppm dengan cara dipipet
0,10,20,30, dan 40 ml larutan standar 100 ppm kemudian ditambah larutan pengekstrak
1 N ammonium asetat pH 4,8 hingga tanda tera
6. Dibuat
kurva linear
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil
pengamatan dari praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.
No.
|
Tanah
|
pH
|
Tekstur Tanah
|
BOT
(%)
|
P (ppm)
|
N Total
(%)
|
KDD
(meq/100 g)
|
1.
|
A
|
5,7
6,90
|
Lempung Liat
Berpasir
|
2,67
|
0,04
|
0,098
|
0,0024
|
2.
|
B
|
5,80
6,82
|
Lempung
Berliat
|
3,35
|
0,03
|
0,098
|
0,0029
|
4.2 Pembahasan
Praktikum ini
menggunakan dua tanah yang berbeda yaitu dengan menggunakan tanah A dan tanah
B. Berdasarkan hasil yang didapat pada tanah A dan B yaitu
pH tanah 5,74 ; 6,90 dan 5,80 ; 6,82,
tekstur tanah lempung liat berpasir dan lempung berliat, bahan organik tanah
2,67% dan 3,35%, fosfor tersedia 0,04 ppm dan 0,03 ppm, nitrogen total 0,098%
dan 0,098%, dan kalium dapat ditukar 0,0024 meq/100 g dan 0,0029 meq/100 g. Hasil
tersebut didapatkan dari hasil perhitungan dan hasil analisis yang dilakukan.
Tanah merupakan media
dasar untuk pertumbuhan bagi tanaman. Di dalam tanah terdapat salah satu sifa
tanah yaitu pH tanah. Terdapat metode atau cara untuk menentukan pH tanah.
Metode penetapan pH tanah ada dua macam, yaitu secara
kalorimetri yang berdasarkan
warna dan pH meter. Penetapan pH berdasarkan warna dilakukan dengan indikator. Warna indikator tidak sama pada kepekatan
H+ yang berbeda. Cara
ini biasanya dilakukan di lapang nilai yang didapat biasanya berbeda dengan
nilai yang ditetapkan dengan pH meter di laboratorium. Perbedaan tersebut sekitar 0,3 satuan pH.
Hasil pengukuran dengan pH meter sangat
bervariasi tergantung dari ketelitian persiapan tanah yang akan dianalisis. Faktor yang mempengaruhi penetapan pH tanah yaitu
perbandingan air dengan tanah dan kandungan garam garam dalam larutan tanah dan
tiga keseimbangan CO2 udara dengan CO2 tanah.

Tekstur tanah
merupakan sifat selanjutnya dari sifat tanah. Terdapat metode untuk menetapkan
tekstur tanah. Penetapan tekstur tanah secara garis besar terbagi menjadi dua
yaitu penetapan kasar menurut perasaan di lapang dan penetapan di laboratorium.
Penetapan tekstur menurut perasaan di lapang yaitu dengan cara masa tanah
kering atau lembab dibasahi kemudian dipirid di antara ibu jari dan telunjuk
sehingga membentuk pita lembab sambil diperhatikan adanya rasa kasar atau
licin. Kemudian di gulung-gulung sambil dilihat daya tahan terhadap tekanan dan
dilihat kelekatan massa tanah waktu telunjuk dan ibu jari direnggangkan. Dari
rasa kasar atau licin, gejala piridan, gulungan dan kelekatan dapat ditentukan
kelas tekstur lapang.
Pentuan tekstur
selanjutnya yaitu penentuan tekstur
di laboratorium. Penentuan
tersebut yaitu tekstur
tanah dapat ditentukan menurut berbagai cara di laboratorium.
Ada empat tahapan dalam analisis ukuran
partikel yaitu (1)
Menghilangkan bahan bahan pengikat tanah seperti bahan organik besi oksida dan
aluminium (2) disperse kimiawi
partikel-partikel tanah 3 pemecahan untuk keperluan latihan keterampilan di
pilih salah satu cara yang dianggap paling sederhana dan umum digunakan yaitu
cara pipet dan atau secara hydro meter dalam praktikum ini menggunakan cara
Gravimetri dengan Hydrometer
Bahan organik tanah
mempunyai peranan dalam penilaian suatu tanah sebagai media tempat tumbuh bagi
tanaman. Tedapat metode untuk menetapkan bahan
organik tanah. Metode penetapan
kandungan bahan organik tanah berdasarkan jumlah bahan organik yang mudah teroksidasi
prinsip cara adalah bahan organik yang mudah teroksidasi. Prinsip cara adalah
bahan yang mudah teroksidasi dalam tanah mereduksi Cr2O72-
yang diberikan berlebihan. Reaksi ini berjalan dengan menggunakan energi yang
dihasilkan dari pencampuran dua bagian H2SO4 dekat dengan
satu bagian kedua K2Cr2O7. Sisa Cr2O72-
dapat diketahui dari hasil titrasi dengan FeSO4 yang diketahui
normalitasnya. O-phenantrolin-kompleks besi (ferroin) 0,025 m digunakan sebagai
penunjuk akhir titrasi. Reaksi yang perlu berlangsung pada dasarnya sebagai
berikut

3C + 2 Cr2O72-
+ 16 H+ Ã 3 CO2 + 4 Cr3+
+ 8H2O
Cr2O72- + FeSO4 Ã Cr2 (SO4)3
+ Fe3+
Cara ini menurut
beberapa penelitian seperti Schollenberger (1954), jackson (1958), Allison
(1935) Walkey dan Black (1934) dan Walkey (1946) mampu mengoksidasikan
rata-rata 77% dari seluruh bahan organik. Walaupun demikian metode ini juga
tidak luput dari beberapa kelemahan seperti adanya gangguan yang biasa
ditimbulkan oleh kehadiran Cl-, Fe2+, dan MnO2.
Namun demikian sampai pada tingkat tertentu gangguan ini masih bisa diterima
dengan menggunakan beberapa faktor konversi dalam perhitungan hasil akhirnya.
Pada praktikum ini dicoba penetapan bahan organik anak yang disusun oleh Walkey
dan Black (1934) yang umum digunakan pada tanah mineral tidak bercampur dari
daerah humid. Kelebihan metode Walkey dan Black yaitu sederhana, mudah dan
cepat dikerjakan, dan membutuhkan sedikit peralatan.
Fosfor merupakan
salah satu unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh tanaman. Keberadaan fosfor dapat
membantu pertumbuhan pada akar, pembungaan, dan pembuahan. Dalam menentukan
kadar fosfor yang ada di tanah dapat menggunakan metode Bray dan Kurtz. Metode
ini umumnya dikenal dengan metode Bray dan dibedakan atas brain No. 1 (HCl
0,025 N + NH4F 0,3 N) dan Bray No. 2 (HCl 0,1 N + NH4F
0,3 N). Metode ini dikembangkan untuk
tanah masam tetapi juga baik untuk tanah-tanah netral. Mereka memakai ion F-
dengan dasar pertimbangan bahwa F- dapat mengkomplekskan Al dan Fe sehingga fosfat
dapat dibebaskan. Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan pada metode ini adalah waktu pengecekan dan
perbandingan larutan ekstasi tanah

Nitrogen merupaka
salah satu unsur hara makro esensial yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah
yang banyak. Nitrogen dapat diketahui seberapa banyak N total yang ada di dalam tanah. Penetapan N
total digunakan dengan metode Kjeldahl yaitu dasar penetapannya bahwa senyawa
nitrogen organik dioksidasi dalam lingkungan asam sulfat pekat dengan katalis
campuran selen membentuk (NH4)SO4. Kadar amonium dalam
ekstrak dapat diterapkan dengan cara destilasi pada acara destilasi. Pada cara
destilasi, ekstrak dibasakan dengan penambahan larutan NaOH. Selanjutnya, NH3
yang dibebaskan diikat oleh asam borat (H3BO3)dan dititar
dengan larutan baku H2SO4 menggunakan penunjuk Conway.
Kalium merupakan
salah satu unsur hara yang berperan banyak dalam tanaman. Namun K dalam tanah
mudah untuk tercuci (Leaching).
Kalium dalam tanah dapat ditentukan menggunakan metode penetapan K dapat
ditukar (K-dd). Dasar penetapannya yaitu kation basa-basa (K, Na, Mg, dan Ca)
yang mudah digantikan dengan kation NH4+ dalam larutan.
kKmudian kation K+ dan Na+ dalam larutan ditetapkan
secara kuantitatif menggunakan flamephotometer. Dalam larutan tersebut dapat
juga ditetapkan kation lainnya seperti Ca2+, Mg2+ dengan
menggunakan AAS (Tim DDIT, 2016).
Reaksi
tanah menunjukan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan
nilai pH. Nilai pH menunjukan banyaknya konsentrasi
ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+
di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+
dan ion-ion lain, ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding
terbalik dengan banyaknya H+. Pada tanah-tanah yang masam jumlah ion
H+ lebih tinggi dari OH-,
sedangkan pada tanah alkalis kandungan ion OH- lebih banyak dari
pada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH-
maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH=7 (Hardjowigeno, 2003).

Tekstur tanah dapat menentukan sifat-sifat fisik dan
kimia serta mineral tanah. Partikel-partikel tanah dapat dibagi atas
kelompok-kelompok tertentu berdasarkan ukuran partikel tanpa melihat komposisi
kimia, berat, warna dan sifat tanah lainnya. Analisis laboratorium yang
mengisahkan hara tanah disebut analisa mekanis. Sebelum analisa mekanis
dilaksanakan, contoh tanah yang kering udara dihancurkan, disaring dan diayak
dengan ayakan berukuran 2 mm. Sementara itu, sisa-sisa yang di atas ayakan
dibuang. Metode ini merupakan metode hidrometer ysng membutuhksn ketelitian
dalam pelaksanaannya (Hakim,1986).
Bahan organik tanah merupakan hasil dekomposisi atau
pelapukan bahan-bahan mineral yang terkandung didalam tanah. Bahan organik
tanah juga dapat berasal dari timbunan mikroorganisme, atau sisa-sisa tanaman
dan hewan yang telah mati dan terlapuk selama jangka waktu tertentu. Bahan
organik dapat digunakan untuk menentukan sumber hara bagi tanaman, selain itu
dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi tanah (Soetjipto, 1992).
Fosfor merupakan bahan makanan utama
yang digunakan oleh semua organisme untuk pertumbuhan dan sumber energi. Fosfor
di dalam air laut berada dalam bentuk organik dan anorganik. Dalam bentuk
organik, fosfor dapat berupa gula posfat dan hasil oksidasinya berupa
nukleoprotein dan fosfoprotein. Sedangkan dalam senyawa anorganik meliputi
ortofosfat dan polifosfat. Senyawa organik posfat dalam air laut pada umumnya
dalam bentuk ion (orta) asam fosfat (H3PO4), dimana 10%
sebagai ion posfat dan 90% dalam bentuk H(PO4)2. Posfat
merupakan unsur yang penting dalam pembentukan protein dan membantu proses
metabolisme sel suatu organisme (Hutagalung dkk.
1997).

V. KESIMPULAN
Berdasarkan
kesimpulan yang dapat diambil dari
praktikum ini yaitu
1.
Metode yang digunakan
pada praktikum ini yaitu metode Walkey dan Black, metode Bray, metode Kjeldahl,
dan metode penetapan K dapat ditukar (K-dd).
2.
Berdasarkan hasil
yang didapat pada praktikum maka hasil dari tanah A dan B yaitu pH tanah 5,74 ; 6,90 dan 5,80 ; 6,82, tekstur
tanah lempung liat berpasir dan lempung berliat, bahan organik tanah 2,67% dan
3,35%, fosfor tersedia 0,04 ppm dan 0,03 ppm, nitrogen total 0,098% dan 0,098%,
dan kalium dapat ditukar 0,0024 meq/100 g dan 0,0029 meq/100 g.
DAFTAR PUSTAKA
Brady. 1990. Factor Of Soil
Formation. Mr Graw Hill Book. New York.
Buntan, A.1992. Evektivitas
Bakteri Pelarut Fosfat dan Kompos Terhadap Peningkatan Serapan P Pada Tanaman
Jagung. IPB. Bogor.
Darmawijaya,
M. 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
Doeswono,1983. Ilmu-Ilmu Terjemahan. Bhtara Karya
Aksara. Jakarta.
Foth, Henry. D, 1994 . Dasar-Dasar Ilmu Tanah
Jilid ke Enam . Erlangga. Jakarta.
.
1986. Fundamental of Soil Science. Gajah Mada University.
Yogyakarta.
.1998. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Gaur. 1981. Soil
Clasification in Indonesia. Balai Penjelasan Pertanian. Bogor.
Hakim,dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit
Universitas Lampung: Lampung.
Handayanto, E. 2007. Biologi
Tanah Landasan Pengelolaan Tanah Sehat. Pustaka Adipura. Jakarta.
Hardjowigeno,
S. 1987. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo: Jakarta.
. 2003. Ilmu Tanah. Akademika
Presindo. Jakarta.
Hutagalung, H.P, Deddi S, Riyana H. 1997. Metode Analisis Air Laut Sedimen dan Biota.
Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Islami, T. 1995. Klasifikasi Tanah. Aka
press. Jakarta.
Kartasapoetra, A.G.
1988. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta:
Rineka Cipta.
Madjid, Abdul. 2007. Bahan Organik Tanah.
Universitas Sriwijaya. Palembang.
Miller, J. 2000. Statistics and Chemometrics For Analitical Chemistry. Prentice Hall. Harlow.
Munir, M.
1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. PT. Dunia Pustaka Jaya:
Jakarta.
Notohadiprawiro. 1999. Tanah dan Lingkungan Departemen Pendidikan Kebudayaan. Jakarta.
Poerwowidodo.
1991. Ganesha Tanah. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.
Premono. 2002. Pengaruh
BPF Terhadap Serapan Kalium Unsur Mikro Tanaman
Jagung Pada Tanah Masam. Penerbit Angkasa Presindo. Bandung.
Soetjipto,dkk . 1992 . Dasar-Dasar Irigasi .
Erlangga . Jakarta.
Sutanto, Rachman . 2005 . Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep Kenyataan . Kanisius.
Yogyakarta.
Tim DDIT. 2016. Penuntun
Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bandar Lampung. Universitas Lampung.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
Bahan
Organik Tanah
Tanah A
%
C organik = ml K2Cr2O7 x (1 –
s/t) x
0.003886
BKM
=
5 x
(1 – 6,3/10.5) x 0.003886
0.5
=
1.55%
%
bahan organik = % C organik x 1.724
=
1.55% x
1.724
=
2,672 %
Tanah
B
%
C organik = ml K2Cr2O7 x (1 –
s/t) x
0.003886
BKM
=
5 x
(1 – 5.7/10.5) x 0.003886
0.5
=
1, 943%
%
bahan organik = % C organik x 1.724
=
1,943% x
1.724
=
3,35%
Tekstur
Tanah
Sampel tanah A
Diketahui H1 = 26, T1 = 21,
H2 = 15,5,
T2 = 20,
FK1 = 0,36 ( T1-20)
=
0,36 (21 – 20)
= 0,36 x 1
= 0,36
% debu + % liat =


= 

= 52,72%
% liat =


= 

=
32%
% debu
= 52,72% - 32% = 20,72%
% pasir = 100% - 52,72%
=
47,28%
Sampel tanah B
Diketahui H1 = 31,
T1 = 21,5, H2 = 16, T2 = 21,
FK1 = 0,36 ( T1-20)
=
0,36 (21,5 – 20)
= 0,36 x 1,5
= 0,54
% debu + % liat =


=


= 63,08%
% liat =


= 

=
32,64%
% debu
= 63,08%
- 32,69%
= 30,44%
% pasir = 100% - 63,08%
=
36,92%
Nitrogen Total
Diketahui Sampel tanah A
Volume titrasi sampel (Vs) = 1,6 ml
Volume titar blanko (Vb) =
0,9 ml
Sampel tanah B
Volume titrasi sampel (Vs) = 1,6 ml
Volume titar blanko (Vb) =
0,9 ml
Dihitung %
N total
% N total1 = 

= 

=
0,098%
% N total2 = 

=


= 0,098%
Kalium
dapat Ditukar
Penetapan
kadar K pada tanah A
Diperoleh
regresinya
Y =
0,23x + 5,05
Y =
0,23 (30,7) + 5,05
Y = 12,11
Penetapan
kadar K pada tanah B
Diperoleh regresinya
Y =
0,23x + 5,05
Y =
0,23 (40,1) + 5,05
Y = 14,23
ppm K
dalam Larutan (ppm)
ppm K dalam larutan x

ppm K dalam tanah A
= 12,11 x
= 1,211

ppm K dalam tanah B
= 14,27 x
= 1,427

Kdd A =
x 12,11 x 


= 0,0024
Kdd B =
x 14,27 x 


= 0,0029
Fosfor Tersedia
1.
Absorbansi
Deret Standar P2O5
Nilai
Absorbansi = 2 – log (T)
T=100
Absorbansi =
2 – log (100)
= 2 – 2
= 0
T=87
Absorbansi =
2 – log (87)
= 2 – 1,94
= 0,06
T=61
Absorbansi
= 2 – log (61)
= 2 – 1,79
= 0,21
T=51
Absorbansi
= 2 – log (23)
= 2 – 1,71
= 0,29
T=11
Absorbansi = 2 – log (11)
= 2 – 1,04
= 0,96
Y = 0,3787X + 0,1114
Ya = 2 - log
(23) Yb = 2 – log (24)
= 0,64 =
0,62
2.
Menghitung
nilai X
Tanah A
Y =
0,3787X + 0,1114
Ya =
0,64
0,64= 0,3787X – 0,1114
0,64 + 0,1114 = 0,3787X
X =

X =

X =

=
1,98
Tanah B
Y =
0,3787X + 0,1114
Yb =
0,62
0,62 =
0,3787x – 0,1114
0,62 + 0,1114 = 0,3787x
X =

X =
1,93
3.
Menghitung
kadar P tersedia
Tanah A
P tersedia =

=

= 0,04
Tanah B
P tersedia =

= 

= 0,03

Comments
Post a Comment