LAPORAN AKHIR KESUBURAN TANAH
I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tanah salah satu komponen yang sangat penting karena
tempat tanaman tumbuh dan hidup, sebagai penyedia sumber unsure hara pada
tanaman, tempat tegaknya tanaman serta penyedian air dan udara. Tanah juga suatu bahan yang kompleks yang terdiri dari
fase padat, cair dan gas.
Tanah juga memegang
peranan yang penting dalam usaha pertanian oleh karena itu perlu pengetahuan
khusus tentang hal itu untuk dapat mengelola tanah dengan baik. Penentuan tanah dengan benar dapat ditentukan jenis tanaman yang
sesuai dengan lahan tersebut. Penentuan tanah dapat menggunakan analisis sifat
tanah, baik dari sifat kimia maupun sifat fisikanya dan juga sifat biologi dari
tanah tersebut. Sehingga dari dasar sifat itu kita dapat melihat karakteristik
tanah yang berlainan dan yang memerlukan perlakuan pengolahan yang berbeda
pula.
Kesuburan tanah sebagai mutu atau kualitas tanah yang
dapat digunakan sebagai acuan penanaman tanaman, yang ditentukan oleh interaksi
sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi tanah yang menjadi habitat akar-akar
aktif tanaman. Penaksiran kesuburan tanah dapat dilakukan atas dasar
sifat-sifat dan kelakuan fisik, kimia dan biologi tanah tersebut.
Tanah yang kesuburannya kurang dapat disebabkan oleh
kekurangan unsure hara pada tanah itu dan bisa juga karena kandungan bahan
organic tersebut kurang. Tanah yang kekurangan suatu unsur hara akan menampakkan
gejala langsung secara visual. Tiap hara umumnya menunjukkan gejala tertentu
yang bersifat spesifik. Dilihat gejala yang tampak pada tanaman, maka dapat
diperkirakan adanya kekurangan hara tertentu dalam tanah. Untuk mengamati
gejala kekahatan hara secara visual ini maka dilakukan praktikum kesuburan.
Agar dapat mengetahui dan mengamati keadaan sekitar dengan cepat dan tepat,
dapat mengamati gejala-gejala yang ditunjukkan oleh tanaman yang tumbuh di
dalam polibag.
Praktikum ini menggunakan tanamann jagung manis (Zea mays
L.saccharata). Tanaman jagung manis atau sweet corn merupakan jenis jagung yang
belum lama dikenal dan baru dikembangkan
di Indonesia. Sweet corn semakin popular dan banyak dikonsumsi karena memiliki
rasa yang lebih manis dibandingkan jagung biasa. Selain itu umur produksinya lebih
singkat (genjah) yaitu 70 – 80 hari sehingga sangat menguntungkan. Untuk tanah yang
digunakan adalah tanah lapisan bawah atau tanah lapisan kedua pada tanah. Lapisan tanah bawah disebut juga subsoil,
merupakan lapisan tanah yang berada tepat di bawah lapisan topsoil. Lapisan ini
memiliki sifat kurang subur karena memiliki kandungan zat makanan yang sangat
sedikit, berwarna kemerahan atau lebih terang, strukturnya lebih padat, dan
memiliki ketebalan antara 50 – 60 cm. Pada lapisan ini, aktivitas organisme
dalam tanah mulai berkurang, demikian juga dengan sistem perakaran
tanaman. Untuk membuktikan pengaruh jenis tanah terhadap
pertumbuhan tanaman dan pengaruh pemupukan pada tanaman maka dilakukan
peraktikum ini.
1.2
Tujuan
Tujuan dari praktikum pengelolaan keseburuan tanah
adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui perbandingan antara
setiap perlakuan yang ada pada praktikum ini.
2.
Mengetahui pengaruh penggunaan
tanah subsoil pada pertumbuhan tanaman jagung manis.
3.
Mengetahui pengaruh dari pemupukan dan pengolahan tanah terhadap pertumbuhan tanaman.
4.
Mengetahui gejala kekurangan
unsur hara makro pada tanaman jagung di tanah subsoil.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Jagung adalah tanaman herba monokotil
dan tanaman semusim iklim panas. Tanaman ini berumah satu, dengan bunga jantan
tumbuh sebagai perbungaan ujung (tassel) pada batang utama (poros atau tangkai)
dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai pembungaan samping (tongkol) yang
berkembang pada ketiak daun. Tanaman ini menghasilkan satu atau beberapa
tongkol
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh
pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk
tahap pertumbuhan generatif.
Kingdom :
Plantae
Subkingdom :
Tracheobionta
Super Divisi :
Spermatophyta
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Liliopsida
Sub Kelas :
Commelinidae
Ordo :
Poales
Genus :
Zea
Spesies :
Zea mays L. (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1998).
Menurut Buckman and Brady (1982) sub soil adalah tanah
bagian bawah dari lapisan top soil yang mengalami cukup pelapukan, mengandung
lebih sedikit bahan organik. Lapisan dari sub soil juga dibedakan menjadi dua
bagian, terutama dalam tanah yang mengalami pelapukan mendalam yakni
tanah-tanah di daerah
lembab, bagian sebelah atasnya disebut daerah transisi
(peralihan), dan sebelah bawahnya disebut daerah penimbunan (illuviasi). Dalam
daerah penimbunan ini berangsur-angsur terkumpul oksida besi, oksida aluminium,
tanah liat dan juga kalsium karbonat. Winarna dan Sutarta (2003) juga
menyatakan bahwa sub soil merupakan lapisan tanah di bawah lapisan top soil,
umumnya memiliki tingkat kesuburan yang lebih rendah dibandingkan top soil,
terutama sifat kimianya yang kurang baik (Jemrifs,
Djoko,dan Abdul, 2013).
Menurut Rukmana (2008) Hara dalam tanah
yang dapat diserap oleh tanaman hanya dalam bentuk tertentu seperti NO3-,
NH4+, H2PO2-, HPO42-,
dan K+. Selanjutnya hara tersebut berperan dalam berbagai aktivitas
metabolisme. Perubahan hara pada daun tanaman disebabkan oleh perubahan fase
pertumbuhan. Hara daun mengalami penurunan pada fase trubus dan fase generatif.
Pada fase tersebut hara pada daun mengalami translokasi dari daun tua ke bagian
organ yang lebih muda atau untuk pembentukan buah, akibatnya konsentrasi hara
pada daun tua berkurang (Patti, Kaya dan Silahooy, 2013).
N tersedia sangat
rendah disebabkan oleh sifat
nitrogen yang mudah hilang
melalui pelindian maupun penguapan karena kondisi porositas (43,76%)
tanah dimana lebih
besarnya pori makro dibanding
pori mikro. Syafruddin
(2006) menyatakan bahwa
pengaruh awal dari kekurangan unsur
hara nitrogen di dalam tanah
yaitu pertumbuhan tanaman lambat
dan kerdil, daun sempit, pendek, dan tegak. Nitrogen merupakan salah satu komponen utama penyusun
klorofil daun yaitu sekitar 60% dan berperan sebagai enzim
dan protein membran. Fathan (1998) menambahkan, unsur nitrogen dalam tubuh
tanaman dijumpai dalam bentuk anorganik
yang bergabung dengan unsur C, H, dan O
membentuk asam amino, enzim, asam nukleat, dan klorofil. Sehingga
dapat meningkatkan laju fotosintesis dan
menghasilkan asimiliat lebih banyak.
Menurut
Novizan (2004) nitrogen dibutuhkan untuk membentuk senyawa
penting
seperti klorofil, asam nukleat,
dan enzim. Senyawa penting ini dibutuhkan dalam
proses metabolisme dan merangsang
prosesnya. Bila
semua proses metabolisme dapat berjalan dengan baik maka pertumbuhan
tanaman
menjadi baik. Menurut Setyamijaya (1986), unsur nitrogen
yang
ada
dalam pupuk urea
dan pupuk kandang
merangsang pertumbuhan
vegetatif tanaman (Nugroho, dkk, 2000).
Fungsi nitrogen (N) diantaranya yaitu merangsang
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, berfungsi untuk sintesa asam amino dan
protein dalam tanaman, dan merangsang pertumbuhan vegetatif ( warna hijau )
seperti daun. Tanaman yang kekurangan unsur N gejalanya yaitu pertumbuhan
lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun
tua cepat menguning dan mati (Jumini,
Nurhayati, dan Murzani, 2009).
Fungsi fosfor (P) diantaranya yaitu untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman, merangsang pembungaan dan pembuahan, merangsang pertumbuhan akar, merangsang pembentukan biji, dan merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel. Tanaman yang kekurangan unsur P gejaalanya yaitu pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan (kurang sehat) (Jumini, Nurhayati, dan Murzani, 2009).
Fungsi Kalium ( K ) diantaranya yaitu berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air, dan meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit. Tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya yaitu batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun
Fungsi fosfor (P) diantaranya yaitu untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman, merangsang pembungaan dan pembuahan, merangsang pertumbuhan akar, merangsang pembentukan biji, dan merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel. Tanaman yang kekurangan unsur P gejaalanya yaitu pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan (kurang sehat) (Jumini, Nurhayati, dan Murzani, 2009).
Fungsi Kalium ( K ) diantaranya yaitu berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air, dan meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit. Tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya yaitu batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun
(Jumini, Nurhayati, dan Murzani, 2009).
Pengapuran adalah pemberian kapur untuk
meningkatkan pH tanah yang bereaksi masam menjadi mendekati netral yaitu
sekitar ph 6,ph 5-7. Salah satu faktor penghambat meningkatnya produksi
tanaman adalah karena adanya masalah keasaman tanah. Tanah asam memberikan
pengaruh yang buruk pada pertumbuhan tanaman hingga hasil yang dicapai rendah.
Untuk mengatasi keasaman tanah perlu di lakukan usaha pemberian kapur kedalam
tanah. Manfaat pengapuran diantaranya yaitu:
1. Menaikkan pH tanah.
2. Menambah unsur – unsur Ca dan Mg.
3. Menambah ketersediaan unsur-unsur P
dan Mo.
4. Mengurangi keracunan Fe, Mn, dan
Al.
5. Memperbaiki kehidupan mikroorganisme dan memperbaiki
pembentukan bintil- bintil akar (Hardjoloekito, 2009).
Pupuk organik adalah semua sisa bahan
tanaman, pupuk hijau, dan kotoran hewan yang mempunyai kandungan unsure hara
rendah. Pupuk organik tersedia setelah zat tersebut mengalami proses pembusukan
oleh mikro organisme. Selain pupuk anorganik, pupuk organic juga harus dberikan
pada tanaman. Pupuk organik ada beberapa macam yakni pupuk kompos, pupuk hijau
dan pupuk kandang. Pupuk kompos adalah pupuk yang dibuat dengan cara
membusukkan sisa-sisa tanaman. Pupuk jenis ini berfungsi sebagai pemberi
unsur-unsur hara yang berguna untuk perbaikan struktur tanah. Pupuk hijau
adalah bagian tumbuhan hijau yang mati dan tertimbun dalam tanah. Pupuk organic
jenis ini mempunyai perimbangan C/N rendah, sehingga dapat terurai dan cepat
tersedia bagi tanaman. Pupuk hijau sebagai sumber nitrogen cukup baik di daerah
tropis, yaitu sebagai pupuk organic sebagi penambah unsure mikro dan perbaikan
struktur tanah. Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan.
Kandungan hara dalam pupuk kandang rata-rata sekitar 55% N, 25% P2O5,
dan 5% K2O (tergantung dari jenis hewan dan bahan makanannya). Makin
lama pupuk kandang mengalamai proses pembusukan, makin rendah perimbangan
C/N-nya (Hasibuan, 2010).
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah Cangkul, Timbangan, Sabit, Cuter, Oven, Alat Tulis,
Gunting, Gembor, Amplop dan Parameter.
Bahan yang digunakan pada
praktikum ini adalah Polybag, Tanah Sub Soil 10 kg., Air, Benih, Pupuk Kandang,
Kapur, Pupuk SP-36, Pupuk Urea, Pupuk KCl dan Karung.
3.2
Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan
pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a.
Penanaman
1. Disiapkan
tiga buah cangkul dan 13 polybag untuk setiap kelompok.
2. Diambil
tanah yang di sub soil dengan menggunakan cangkul di lab terpadu. Lalu
dimasukkan ke dalam 13 polybag.
3. Diukur
berat polybag yang sudah berisi tanah dengan menggunakan timbangan dengan berat
masing-masing polybag 10 kg.
4. Setelah
itu, masing-masing polybag dipindahkan ke tempat yang disediakan.
5. Pada
polybag yang di berikan perlakuan pupuk kandang dan kapur di berikan pada saat
penanaman dengan dosis pupuk kandang 75 gr/polybag dan dosis kapur 25
gr/polybag.
6. Setelah
diberikan perlakuan pupuk kandang dan kapur, diberikan 3 benih di setiap
polybagnya.
b.
Perawatan
1. Pada
polybag yang di berikan pupuk urea, pupuk KCl, pupuk SP-36, diberikan 3 hari
setelah tanam dengan dosis masing-masing pupuk Urea 1,5 g/polybag, pupuk KCl 1,5 g/polybag dan pupuk SP-36 0,75
g/polybag. Namun pupuk Urea di berikan
setengah dari reaksi tersebut.
2. Dilakukan
penyiraman setiap sore hari sebanyak 3 gelas perpolybag.
3. Dari
3 benih yang sudah tumbuh diambil 1 benih yang terbaik untuk tetap ditanam,
lalu dua benih yang lain dipotong menggunakan gunting.
4. Dilakukan
pengukuran tinggi tanaman dan penghitungan jumlah daun dari semua perlakuan
setiap 7 hari secara berkala.
5. Setelah
5 minggu setelah tanam, dilakukan pemupukan Urea yang ke dua dengan dosis
setengah dari pemupukan Urea sebelumnya.
c.
Pemanenan
1. Setelah
8 minggu, dilakukan pemanenan pada tanaman jagung dari semua perlakuan dengan
cara dipisahkan antara tanah dengan tanaman sehingga hanya tersisa tanaman
jagung saja.
2. Dilakukan
pencucian akar jagung dengan air agar bersih dari tanah.
3. Dipotong
akar jagung dari batang jagung.
d.
Pascapanen
1. Dilakukan
penimbangan tanaman jagung agar didapat berat basah dari tanaman jagung
tersebut.
2. Dimasukkan
ke dalam oven dengan suhu 48,5oC dengan tekanan 1 atm selama 3 hari.
3. Setelah
3 hari, tanaman jagung dikeluarkan dari oven dan dikeluarkan juga dari amplop.
4. Dilakukan
penimbangan tanamna jagung agar didapt berat kering dari tanaman jagung
tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Dari hasil pengamatan selama praktikum
mendapatkan beberapa hasil pengamatan yang disajikan dalam bentuk tabel berikut
ini:
Tabel 1. Tabel pengamatan tinggi
tanaman
Perlakuan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
Rerata
|
Kontrol
|
8
|
21,6
|
25,7
|
34,7
|
64
|
84,5
|
90,1
|
104
|
54,03
|
Pupuk kandang
|
9
|
30,5
|
46,5
|
63,3
|
82
|
97
|
99
|
104
|
66,35
|
Kapur
|
6,2
|
16,6
|
24,4
|
34,3
|
59,2
|
76
|
78,6
|
88,6
|
47,99
|
N
|
7
|
18,6
|
20,4
|
21
|
24,2
|
33
|
42
|
58,5
|
28,09
|
P
|
10,5
|
25,1
|
31,2
|
38
|
54,2
|
69,5
|
71,3
|
74,6
|
46,80
|
K
|
3,5
|
16,2
|
23,1
|
25
|
26
|
35
|
38
|
58
|
28,10
|
N + P
|
4
|
18,8
|
24,4
|
40
|
71,5
|
92,7
|
97,1
|
102
|
56,31
|
N + K
|
8,1
|
24,5
|
25,7
|
27,5
|
27,8
|
34
|
35,2
|
43,2
|
28,25
|
P + K
|
8,2
|
21,2
|
26
|
26,5
|
42
|
61
|
64,2
|
69,7
|
39,85
|
N + P + K
|
6,2
|
29,5
|
35
|
39,5
|
53
|
75
|
82,5
|
91
|
51,46
|
NPK + pukan
|
8,3
|
26,5
|
42,5
|
70,5
|
104
|
123
|
126
|
128
|
78,68
|
NPK + Kapur
|
5
|
19,8
|
22,6
|
30,5
|
61,5
|
104
|
110
|
124
|
59,61
|
NPK + Pukan + Kapur
|
9,5
|
29
|
40
|
67,5
|
97,5
|
115
|
119
|
122
|
74,99
|
Tabel 2. Tabel pengamatan jumlah daun
Perlakuan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
Rerata
|
Kontrol
|
2
|
4
|
5
|
6
|
8
|
8
|
8
|
10
|
6,38
|
Pupuk kandang
|
2
|
5
|
6
|
8
|
8
|
8
|
9
|
11
|
7,13
|
Kapur
|
2
|
4
|
5
|
6
|
7
|
7
|
7
|
7
|
5,63
|
N
|
2
|
4
|
5
|
4
|
4
|
5
|
5
|
6
|
4,38
|
P
|
2
|
4
|
5
|
6
|
7
|
5
|
6
|
8
|
5,38
|
K
|
1
|
4
|
6
|
4
|
3
|
4
|
5
|
4
|
3,88
|
N + P
|
1
|
4
|
6
|
7
|
8
|
9
|
9
|
9
|
6,63
|
N + K
|
2
|
4
|
4
|
4
|
3
|
4
|
5
|
5
|
3,88
|
P + K
|
2
|
4
|
4
|
4
|
5
|
6
|
5
|
6
|
4,50
|
N + P + K
|
2
|
5
|
6
|
6
|
7
|
9
|
9
|
10
|
6,75
|
NPK + pukan
|
2
|
4
|
5
|
9
|
10
|
11
|
10
|
11
|
7,75
|
NPK + Kapur
|
1
|
4
|
5
|
5
|
6
|
10
|
11
|
9
|
6,38
|
NPK + Pukan + Kapur
|
2
|
5
|
6
|
9
|
11
|
10
|
11
|
12
|
8,25
|
Tabel 3. Tabel pengamatan berat basah
Perlakuan
|
Berat Basah (gr)
|
Kontrol
|
157,8
|
Pupuk kandang
|
161,9
|
Kapur
|
81,4
|
N
|
25,3
|
P
|
48,8
|
K
|
15,4
|
N + P
|
152,8
|
N + K
|
7,4
|
P + K
|
33
|
N + P + K
|
80,8
|
NPK + pukan
|
147,9
|
NPK + Kapur
|
157,8
|
NPK + Pukan + Kapur
|
162,5
|
Tabel 4. Tabel pengamatan berat kering
Perlakuan
|
Berat Kering (gr)
|
Kontrol
|
29,5
|
Pupuk kandang
|
32,6
|
Kapur
|
14,7
|
N
|
4,5
|
P
|
10,4
|
K
|
2,5
|
N + P
|
37,5
|
N + K
|
1,5
|
P + K
|
6,7
|
N + P + K
|
18,76
|
NPK + pukan
|
41
|
NPK + Kapur
|
31,9
|
NPK + Pukan + Kapur
|
41,7
|
4.2
Pembahasan
4.2.1
Sejarah Tanah Subsoil Lab. Lapang Terpadu
Dari
percobaan yang telah dilakukan, media tanah yang digunakan yaitu tanah subsoil yang merupakan lapisan bawah
dari tanah topsoil. Tanah subsoil ini merupakan tanah yang
sebelumnya dipenuhi oleh rumput liar yang tumbuh disekitarnya pada Laboratorium
Lapang Terpadu Universitas Lampung. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
tanah yang digunakan sebagai media tanah untuk percobaan ini merupakan tanah
yang belum pernah digunakan untuk menanam jenis tanaman-tanaman dan belum
pernah diberikan tambahan unsur-unsur hara pada tanah tersebut. Keadaan awal
tanah subsoil ini berwarna kuning
kemerahan, mudah mengeras dan kandungan liat yang tinggi sehingga sukar untuk
menyerap air. Tanah subsoil yang
digunakan ini dilakukan dengan proses pengambilan tanah yang tidak merata,
karena pada proses pengambilan tanah yang akan dipindahkan ke polybag ini
terdapat beberapa kendala salah satunya yaitu banyak nya bebatuan yang ada,
sehingga proses pengambilan tanah pun menjadi tidak merata yang mengakibatkan
beberapa tanah dalam polybag berbeda yang mungkin tercampur sedikit dengan tanah lain, namun
masih berada pada sekitar lapisan tanah subsoil
ini.
Selain
itu, proses pengambilan tanah subsoil pada
percobaan ini dilakukan setelah pengambilan tanah kelas lain. Sehingga tanah
yang dipakai dari percobaan untuk kelas ini termasuk tanah subsoil yang
lapisannya terbawah mendekati bebatuan. Menurut Kartasapoetra (1989), Subsoil adalah
lapisan tanah dibawah topsoil yang akan muncul bila lapisan tanah atas (topsoil) hilang selain karena bahan
organik dan sebagian zat mineral telah hilang, karena juga mikroflora dan
mikrofauna tidak ada. Sebagian dari zat mineral tertentu yang tersisi hanyalah
unsur-unsur mineral tertentu yang belum bisa dimamfaatkan oleh tanaman dan
ketersediaannya masih terkait oleh koloid-koloid pembentuk tanah, demikian juga
dengan sistem perakaran tanaman hal ini diakibatkan oleh kandungan tanah liat
dan besi hasil oksidasi. Subsoil
sering dinyatakan sebagai lapisan tanah yang kurus dan masih mentah,
bahan-bahan organik (humus, sisa-sisa tanaman yang membusuk) tidak dimilikinya.
Sehingga dapat dikatakan bahwa
tanah subsoil merupakan tanah yang
kandungan unsur haranya sangat sedikit, serta termasuk tanah yang masam. Dengan
demikian, semakin dalam lapisan atau semakin bawah lapisan tanah yang digunakan
maka kandungan unsur haranya juga semakin rendah. Sehingga tanah subsoil inilah
yang menjadi alasan digunakan sebagai media tanam yang digunakan. Dengan
sedikitnya atau bahkan tidak ada unsur hara yang ada pada tanah subsoil awal yang belum pernah digunakan
untuk proses penanam atau budidaya tanaman inilah yang memudahkan percobaan ini
untuk melihat kesuburan tanah melalui kekahatan unsur hara dengan penambahan
atau perlakuan beberapa unsur hara yang digunakan (Foth
HD, 2000).
4.2.2 Bahas Data
Hasil praktikum dari berbagai perlakuan
yang diberikan, diperoleh rata-rata tinggi tanaman jagung tertinggi yaitu 78,7 cm pada perlakuan
ke-11 N+P+K+ Pukan. Rata-rata jumlah daun terbanyak yaitu 8,25 helai pada
perlakuan ke-13 N+P+K+ Pukan + Kapur. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori,
karena menurut teori tinggi tanaman dan jumlah daun yang tertinggi seharusnya pada perlakuan
ke-13. Hasil tersebut dapat disebabkan karena pada perlakuan ke-11 dapat
dilihat dari perkembangan akarnya yang banyak dan panjang sehingga proses dalam
penyerapan air dan unsur hara yang diberikan terserap dengan baik dan optimal.
Setelah tanaman jagung berumur 8 MST dihitung bobot brangkasan tanaman jagung,
diperoleh bobot basah tanaman jagung tertinggi yaitu 162,5 gr pada perlakuan
ke-13 N+P+K+ Pukan + Kapur, dan bobot kering tanaman jagung tertinggi yaitu 41,7
gr pada perlakuan ke13 N+P+K+ Pukan + Kapur.
![]() |
|||
![]() |
|||
Foto 1. Akar NPK + PUKAN
Foto 2. Akar NPK + PUKAN + KAPUR
Faktor yang mempengaruhi tingginya
tanaman jagung yaitu:
1.
Aerasi
Aerasi
berkaitan dengan kandungan oksigen didalam tanah. Oksigen di dalam tanah
diperlukan oleh akar untuk melakukan respirasi. Respirasi akar akan bermanfaat
dalam perkembangan sel – sel akar dan juga berguna untuk membantu penyerapan
nutrisi dari dalam tanah. Dan berkaitan dengan aerasi ini yaitu dilakukannya
pembumbunan akar tanaman jagung yang muncul ke permukaan, agar unsur hara dan
air dapat terserap dengan baik.
2.
Laju Pertumbuhan
Laju
pertumbuhan disini menjadi faktor pengaruh karena pada 3 mst, perlakuan N + P +
K + Pukan lebih rendah dari perlakuan N + P + K + Pukan + Kapur. Sedangkan pada
pengamatan 4 mst, perlakuan N + P + K + Pukan melewati pertumbuhan tanaman
perlakuan N + P + K + Pukan + Kapur dan selisih pertumbuhan lebih besar
perlakuan N + P + K + Pukan daripada perlakuan N + P + K + Pukan + Kapur (Meity g., dkk,. 2012).
3.
Proses fotosintesis
Bobot brangkasan
tanaman jagung berkaitan dengan meningkatnya efisiensi proses fotosintesis
maupun laju translokasi fotosintat ke seluruh bagian tanaman. Karena pada
perlakuan N + P + K + Pukan + Kapur memiliki jumlah daun yang paling banyak,
sehingga hasil fotosintesis tersebut semakin meningkat dan baik (Muklis, 2007).
4.
Cahaya matahari
Tanaman jagung
membutuhkan banyak cahaya matahari untuk pertumbuhan. Pada daerah perlakuan
ke-11 dan ke-13 kebutuhan cahaya matahari terpenuhi (Prayudimarta, 2012).
Hasil
praktikum juga diperoleh rata-rata tinggi tanaman jagung terendah yaitu 28,08 cm pada perlakuan
ke-4 N. Rata-rata jumlah daun terbanyak yaitu 3,8 helai pada perlakuan ke-6 K
dan ke-8 N+K. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori, karena menurut teori
tinggi tanaman dan jumlah daun yang
terendah seharusnya pada perlakuan ke-1 kontrol. Hasil tersebut dapat
disebabkan karena pada perlakuan ke-8 N+K dan ke-6 K daun yang dihasilkan mengalami
kelayuan lalu mati sehingga jumlahnya sedikit, sedangkan pada perlakuan ke-4 N
kedalaman pada saat penanaman sehingga pertumbuhannya terlambat dan
perkembangan akar tanaman jagung sedikit sehingga penyerapan air dan unsur hara
tidak optimal. Setelah tanaman jagung berumur 8 MST dihitung bobot brangkasan
tanaman jagung, diperoleh bobot basah tanaman jagung teendahi yaitu 7,4 gr pada
perlakuan ke-8 N+K, dan bobot kering tanaman jagung terendah yaitu 1,5 gr pada
perlakuan ke-8 N+K.
![]() |
![]() |
![]() |
|||
Foto 3. Akar N+K Foto
4. Akar N Foto 5.
Akar K(Kcl)
Faktor
yang mempengaruhi rendahnya tanaman jagung yaitu
1.
Titik layu permanen
Kandungan air tanah
dimana akar-akar tanaman mulai tidak mampu lagi menyerap air dari tanah,
sehingga tanaman menjadi layu. Tanaman akan tetap layu baik pada siang ataupun malam
hari. meskipun ke dalam tanah ditambah lengasnya/ tidak bisa segar kembali
meskipun tanaman ditempatkan ke dalah ruangan yang jenuh uap air.Hal ini terjadi karena peristiwa
plasmolisis.Plasmolisis yang terjadi pada sel tanaman sudah lanjut dan sel terlanjur
mati, meskipun tanaman disiram deplasmolisis tidak akan terjadi, tanaman mati
(Prayudimarta, 2012).
2.
Aerasi
Tidak dilakukannya
pembumbunan pada akar tanaman yang keluar sehingga terjadinya penguapan air
sehingga proses aerasi menjadi kurang baik (berkaitan dengan penyerapan air dan
unsur hara) (Prayudimarta, 2012).
3. Akar
Fungsi dari akar penyangga adalah
menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu
penyerapan hara dan air (Kemas Ali, 2005).
4.
Penanaman
Pada pembibitan atau
penanaman benih pengaturan posisi dan kedalam benih sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan awal bibit dan mentukan kualitas sistim perakaran.
Demikian pula dengan kedalam media tanam yang berpengaruh pada perkecambahan
dan keberhasilan tumbuhnya
(Kemas Ali, 2005)
5.
Pemupukan
Tanaman menjadi kecil
atau kerdil pertumbuhannya karena penyebaran pupuk dan penyiraman yang tidak
merata (Prayudimarta, 2012).
\
IV.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut :
1.
Perbandingan dari 13 perlakuan
diperoleh rata rata tertinggi tanaman jagung
pada perlakuan N+P+K+ Pukan yaitu 78,7 cm, rata-rata jumlah daun terbanyak pada perlakuan N+P+K+
Pukan + Kapur yaitu 8,25 helai. sedangakan pada rata-rata tinggi terendah pada
perlakuan N yaitu 28,08 cm, dan rata-rata jumlah daun sedikit pada perlakuan K dan N+K
yaitu 3,8 helai.
2.
Diperoleh bobot basah
dan bobot kering tertinggi yaitu 162,5 gr dan 41,7 gr pada perlakuan N+P+K+
Pukan + Kapur pada perlakuan dan bobot
basah dan bobot kering terendah yaitu 7,4 gr dan 1,5 gr pada perlakuan N+K.
3.
Tanah subsoil memiliki tingkat
kesuburan yang rendah, sehingga tidak baik bagi pertumbuhan tanaman maka diberikan
perlakuan penambahan pupuk dapat terlihat pertumbuhan dari respon tanaman
dengan jelas.
4.
Pertumbuhan tanaman terlihat
beragam dan meningkat seiring kelengkapan hara yang diberikan pada tanah mulai
dari kontrol, pupuk kandang, kapur, N, P, K, N+P, N+K, P+K, N+P+K, N+P+K +
pupuk kandang, NPK + kapur, NPK + pupuk kandang + kapur.
5.
Pada tanah yang tidak
ditambahkan unsur hara tertentu tanaman menunjukkan gejala defisiensi kekahatan
seperti kekurangan unsur N tanaman mengalami kerdil dan daun kekuningan mulai
dari tulang daun, kekurangan unsur P daun tanaman mengalami keunguan dipinggir daun,
kekurangan unsur K daun tanaman terjadi nekrotik pada pinggir daun tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Foth HD 2000. Dasar–Dasar Ilmu Tanah . Yogyakarta: Gajah Mada University
Press
Hardjoloekito,
A.J. Hari Soeseno. 2009. Pengaruh Pengapuran Dan Pemupukan P Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Kedelai (Glycine Max, L.) Pada
Tanah Latosol. Media
Soerjo. Vol. 5 No. 2. 2009. http://www.unsoer.ac.id/jurnal
/media-soerjo-2009/ oktober/Hari. pdf, Diakses
pada tanggal 20 Mei 2016 pukul 19.00 WIB.
Hasibuan, B.E., 2010. Pupuk dan Pemupukan.
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Jemrifs
H. H. Sonbai, Djoko Prajitno, Abdul Syukur. 2013. Pertumbuhan Dan Hasil Jagung Pada
Berbagai Pemberian Pupuk Nitrogen
Di Lahan Kering Regosol. Ilmu
Pertanian Vol. 16 No.1, 2013 : 77 – 89. http://jurnal.ugm.ac.id/index.php/jip/article/downl
oad/2527/2261, Diakses pada tanggal 20 Mei 2016
pukul 19.00 WIB
Jumini, Nurhayati, dan Murzani.2009. Efek Kombinasi Dosis Pupuk N
P K Dan Cara Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jagung Manis. J. Floratek 6: 165 – 170. http://jurnal.unsyiah.ac.id
/floratek/article/viewFile/510/430, Diakses
pada tanggal 20 Mei 2016 pukul 19.00 WIB.
Kartasapoetra,
A.G. 1989. Pengantar Ilmu Tanah.
Rineka Cipta. Jakarta.
Kemas Ali. 2005. Dasar-Dasar Kesuburan
Tanah. Lampung: Universitas Lampung Press.
Meity g. M. Polii dan selvie tumbelaka. 2012. Hasil
tanaman jagung manis (zea mays saccharata l.) Pada Beberapa dosis pupuk rganic.
Hal 3. Jurusan budidaya pertanian fakultas pertanian unsrat.
Muklis 2007. Analisis Tanah dan Tanaman. Medan: Universitas
Sumatera Utara Press
Nugroho,
A.,Syamsulbahri., D. Hariyono., A. Soegainto dan Hanitin. 2000. Upaya meningkatkan hasil jagung manis
melalui pemberian kompos azolla dan pupuk N. Agrivita 22: 11-17.
Patti
P.S., E. Kaya dan Ch. Silahooy. 2013. Analisis Status Nitrogen Tanah Dalam
Kaitannya Dengan Serapan N Oleh Tanaman Padi Sawah Di Desa Waimital, Kecamatan
Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Agrologia, Vol. 2, No. 1, 2013, Hal. 51-58. http://ejournal.unpatti.ac.id/p
pr_iteminfo_l nk.php?id=393. Diakses pada tanggal 20 Mei
2016 pukul 19.00 WIB.
Prayudimarta.
2012. Hubungan Air dengan Metabolisme
Tumbuhan. https://prayudimarta.wordpress.com/2012/06/15/1-kapasita-lapang-field-capacitytitik-layu-sementaratitik-layu-permanen-tepipermanent-wilting-pointair-higroskopisair-gravitasihubungan-air-dengan-metabolisme-tumbuhanpengaruh-kekurangan/.
Diakses pada tanggal 20 Mei 2016 pukul 19.00 WIB
Rubatzky,
V. E. dan M. Yamaguchi. 1998. World
Vegetables :Principles, Production and Nutritive Values (Sayuran Dunia I,
Prinsip , Produksi dan Gizi, alih bahasa oleh C. Horison). Institut
Teknologi bandung, Bandung.
Saenong 2008.
Teknologi Benih Jagung. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan.
Comments
Post a Comment